Langsung ke konten utama

Postingan

Hallo, September

September ceria, September ceria…   September ceria, September ceria   Milik kita, bersama..aaa….*   Kalau dipikir-pikir lagi, 2020 tinggal hitungan dibawah lima jari. Iya kan? Sudahlah, bukan perkara berapa bulan lagi untuk beranjak meninggalkan 2020. Apa kabar dengan beberapa rencana yang sudah tersusun sepanjang tahun ini? Sudahkah banyak yang tercentang? Tidak hanya kamu, aku pun demikian. Bahkan kurasa, semua pun juga sama-sama mengalaminya. Beberapa rencana harus kembali tertunda untuk dilaksanakan di tahun berikutnya. Sebenarnya, untuk menuliskan hal tersebut aku sangsi. Bukan karena pemikiran soal kemampuan untuk memenuhinya di tahun selanjutnya (meskipun ini mungkin saja sesekali hadir). Lebih karena dibalik hambatan yang merintang, engganku pun menyaru. Apakah ini restu dari semesta? Atau hanya akalku saja yang mengada-ada mencari pembenaran?   Baiklah, Selamat datang pada hitungan kesembilan. Angka yang sempurna. Selamat menulis kisah pada setiap har...

Hallo, Agustus

Selamat menginjak bulan kedelapan. Selamat datang pada waktunya menuliskan catatan di bulan ini. Oke, ini berlebihan, karena sejatinya aku hanya datang untuk menyapa saja. Tetapi, kembali kuucapkan, Selamat datang bulan kedelapan . Bulan yang sarat dengan aroma kemerdekaan yang menguar di udara pada langit beberapa negara, salah satunya Negeriku. Eh… iyakah? Ah, semoga saja aku tidak salah mengira. Mungkin para pembaca yang budiman, dimanapun kalian berada, bisa membantuku mengingat negeri mana saja yang turut merayakan kemerdekaannya di bulan ini. Hmmm, Bicara soal merdeka, bayanganku masih tentang bebas. Padahal, belum kering setahun catatanku tentang kebebasan. Bukankah baru kemarin ditulis? Eh… menunggu setahun kering itu terlalu lama. Tetapi memang belum mengering dalam ingatanku tentang catatan kemarin. Walaupun satu bulan sudah lewat. Ini kenapa ngomongin tulisan kering udah kayak ngomongin jemuran tetangga sebelah sih.  Ngomongin soal Agustus… Dari jaman masih kecil dulu, t...

Hallo, Juli

Tadinya, aku tak tahu harus berbagi tentang apa di bulan ini. Tak ada tanggal merah di kalender. Tak juga ku tuliskan suatu reminder tentang perayaan apapun pada lingkupku. Juli, adalah hari yang normal. Juli, tak jauh berbeda  dengan empat hari kerja dalam seminggu. Sedang pertanyaan itu terus berputar dalam benakku.  Apa yang istimewa dari bulan Juli untuk seorang 'aku'?   Lalu kulihat suatu peramban yang memperingati hari nasional di negaraku. Bahkan, untuk seorang anak kecilpun mendapat suatu hari istimewa. Hari yang menjadi peringatan, untuk menghargai hak yang didapatkan seorang anak.  Mengingat kata anak-anak, maka kata lain yang terpikir, pada usiaku saat ini adalah kebebasan. Ah... Mungkin karena aku merindukan masa kecilku. Mungkin juga karena aku adalah seorang anak yang memiliki kebebasan pada masanya dulu. Untuk bermain tanpa mengenal waktu, mengatakan apa saja yang terlintas pada benakku seketika, juga bersikap tanpa pernah memahami perasaan orang lain...

Hallo, Juni

Sejujurnya, aku tak yakin dapat bercerita dengan baik tentang bulan ini.  Awal Juni lalu, pada satu titik, aku seolah memahami tentang apa yang mengilhami beberapa artist menjadikan Juni seolah nyawa bagi karyanya. Sapardi dengan Hujan Bulan Juni-nya, dan Roxette juga dengan June Afternoon . Seingatku, hanya dua contoh itu saja yang aku tahu. Ada yang mau memberiku contoh lainnya? Yeah... Juni seakan memberi ide segar untuk berkarya ataupun sekadar menuang rasa. Demikian halnya denganku. Seperti mereka, setidaknya ada dua inspirasi baru yang akan aku jalankan. Pertama, puisi berantai. Ah puisi... seperti Bapak Sapardi. Akankah bait-bait puisi itu menyusul ketenaran Hujan Bulan Juni? Hehehe... tidak apa kan? Bukankah bermimpi itu gratis? Oke... Inspirasi kedua, untuk menjadi seorang blogger di instagaram. Yah... Aku tahu. Menulis disini saja aku jarang sekali, apalagi di platform lain? Terlebih, platform itu juga pernah mengguncang kestabilan emosimu. ...

Hallo, Mei

Hi, May…  Menyapamu dengan sebaris kata diatas seolah menyapa diriku sendiri. Ah, bagaimana aku bisa lupa? Bukankah sudah sejak lama kita menyatu dan selaras dengan kehidupan?  Hitunganmu mungkin saja ganjil pada kalender masehi, tetapi kamu menggenapkanku. Seterusnya, sejak pertama kali disinipun, kamu berbeda untukku.  Hei, sebenarnya aku ingin berhenti untuk meromantisasi hal kecil ini dengan kata-kata yang lebih tepat menjadi dendang untukku. Hanya saja, andai rasa syukur bisa diungkapkan dengan rasa yang tak melulu menyentuh kalbu. Bisakah sekali saja, kita bercanda dalam mengungkapkan rasa, tetapi tidak demikian dengan makna?  Selamat datang, bulanku.  Kamu mungkin sudah tahu bahwa hadirmu selalu menggoreskan kesan di kalbuku. Tetapi tahun ini, kesan itu berbeda, menjadi dua kali lebih istimewa dari sebelumnya. Tahukah kamu? Semesta seolah  menyambut dua kali untuk kehadiranku. Pertama, pada hari manusia diibaratkan s...

Hallo, April

Sebenarnya, ada satu hal yang mengganjal di dalam sini. Iya, disini. Di hatiku. Tentang sebuah rasa yang sudah lama sekali ingin ku ceritakan padamu. Ah... Andai saja kemarin kau tetap bertahan sebentar untuk mendengar ceritaku. Sayangnya... Semuanya bohong.  Hehehe. Ini bulan April kan? Bulan keempat dalam hitungan masehi? Bulan dimana banyak orang melegalkan suatu kebohongan pada hitungan pertama? Apa yang biasa mereka sebutkan? April mop? Ya, begitulah. Apapun namanya.  Tenang saja, aku tak serius mengucapkannya. Aku hanya bercanda. Mau kau anggap serius pun percuma. Sebab, apa yang mau diseriusi? Tentang perasaanku? Hahaha... Niscaya, suatu nihil yang kau temukan.  Tetapi sebenarnya, memang ada yang mengganjal. Hei... Aku tidak berbohong kali ini. Suatu resah menyelimuti hatiku. Bumi, bumiku, bumimu juga, bumi kita, sedang tidak baik baik saja. Eh... Sebentar. Sepertinya aku salah? Benarkah bumi sedang tidak baik-baik saja?  Setahuku,...

Hallo, Maret

Hello  March... Oh, now already the 3rd month?   Hehehe... Sejujurnya, aku tidak tahu, selebrasi khusus apa yang dilakukan orang pada bulan ini. Google juga tidak memberitahukannya padaku. Ah, tetapi, bukankah pada umumnya, orang-orang yang berada pada negara empat musim menyambut musim semi?  Seketika saja anganku berkelana di balik rimbunnya mekaran sakura. Atau putihnya dunia yang perlahan meluruh, berganti hijau yang teduh dengan langit biru menggantung diatas sana. Lalu beberapa pemuda dan pemudi menikmatinya dengan bercengkrama, ataupun mengabadikannya dalam lensa kamera. Ada pula beberapa keluarga yang menikmati angin musim semi berhembus. Menikmati piknik di bawah pohon yang kembali menghijau, ataupun menyambut sinar matahari yang menyapa kembali.  Lalu aku, hanya terdiam disini. Di suatu pojok ruang dengan khayal tentang musim semi yang biasa kulihat pada drama, atau film, atau juga novel dan komik. Hahahaha... Hanya membayangkan...

Romansa dalam Lembaran Kain

Sebenarnya rada telat sih untuk menceritakan ini sekarang. Sebab cerita kali ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Tepatnya, ketika aku sedang sibuk mempersiapkan salah satu perintilan pernikahan. Apa? Pernikahan? Iya. Kalian gak salah baca kok. Memang saat itu aku sedang mempersiapkan kebutuhan untuk sebuah pernikahan. Lebih tepatnya bukan pernikahanku. Nah... Entah karena emang udah kelamaan menyendiri, atau emang kurang hal-hal manis dalam hidup, beberapa kejadian sembari mencari sepotong kain ini membuatku sensitif alias gampang tersentuh alias terbawa perasaan (baper) padahal cuma hal kecil doang. Apalagi, ini bukan persiapan pernikahan sendiri.  Singkat cerita, kisah ini dimulai ketika aku memasuki kawasan pertokoan kain di Denpasar. Memang, sedari menjelajahi satu persatu toko, mataku gak berhenti mengamati gulungan-gulungan kain yang dipamerkan dengan beragam warna, jenis, ataupun motifnya, walaupun hanya dari emperan toko sih. Begitu juga ketika memasu...

Hallo, Februari

  Katanya, ini adalah salah satu bulan yang banyak mengukir momen spesial . Ah, masa? Aku tidak mempercayainya. Hei… tunggu dulu, Bukan berarti Februari merupakan masa kelam bagiku pada hitungan sebelumnya. Aku juga tidak membencinya. Sebab pada bulan ini, seorang yang sangat berarti bagiku pun diutus ke dunia olehNya. Hanya saja, Februari menurutku sama saja seperti hitungan lainnya. Kecuali untuk hari itu. Beberapa mungkin sependapat denganku. Menganggap hitungan ini istimewa karena kehadiran seseorang yang berarti. Atau mungkin, bisa saja memperingati hari kehadirannya sendiri. Tetapi aku tidak buta tentang sesuatu yang dianggap spesial secara universal di bulan ini. Aku juga tahu, di luar sana, beberapa menjadikannya spesial dan menandainya dengan menjalin suatu hubungan. Terlebih, yang berhubungan dengan cinta. Entah dengan mengekspresikan sebuah rasa, atau mendeklarasikan suatu hubungan. Sejak lama, aku hanya memerhatikan pernak-pernik y...

Hallo, Januari...

  ‘ Manusia hanya bisa berandai-andai, Tuhanlah yang akan menentukan ’ Iya… aku paham. Euforia tahun baru terasa mengental dalam bulan ini. Coba saja tengok, berapa banyak yang menuliskan harapannya untuk lembaran yang baru. Berapa banyak yang sibuk menyusun rencana pada bulan ini. Hitung pula, berapa banyak dari mereka yang berlomba untuk menuliskan pencapaian yang akan dilakukan pada beragam media. Banyak, bukan? Ah… aku tidak ingin berkomentar lebih jauh. Aku paham, itu kebebasan mereka. Bukan suatu masalah besar bagiku. Sebab bukankah setiap manusia punya andil pula dalam menulis sendiri ceritanya? Jadi, biar saja. Lalu adakah manusia yang lebih memilih untuk tidak melakukan semua yang kutuliskan? Hahaha… ada. Aku salah satunya. Untuk kamu yang juga merasa, kamu tidak sendiri. Aku tidak menuliskan mimpiku. Juga apa yang ingin aku tuju. Bukannya tidak ingin bermimpi. Bukan juga pasrah pada kehidupan. Hanya saja, aku yang tidak percaya pada momentum menulisk...