Langsung ke konten utama

Hallo, April




Sebenarnya, ada satu hal yang mengganjal di dalam sini. Iya, disini. Di hatiku. Tentang sebuah rasa yang sudah lama sekali ingin ku ceritakan padamu. Ah... Andai saja kemarin kau tetap bertahan sebentar untuk mendengar ceritaku. Sayangnya...


Semuanya bohong. 

Hehehe. Ini bulan April kan? Bulan keempat dalam hitungan masehi? Bulan dimana banyak orang melegalkan suatu kebohongan pada hitungan pertama? Apa yang biasa mereka sebutkan? April mop? Ya, begitulah. Apapun namanya. 

Tenang saja, aku tak serius mengucapkannya. Aku hanya bercanda. Mau kau anggap serius pun percuma. Sebab, apa yang mau diseriusi? Tentang perasaanku? Hahaha... Niscaya, suatu nihil yang kau temukan. 

Tetapi sebenarnya, memang ada yang mengganjal. Hei... Aku tidak berbohong kali ini. Suatu resah menyelimuti hatiku. Bumi, bumiku, bumimu juga, bumi kita, sedang tidak baik baik saja. Eh... Sebentar. Sepertinya aku salah? Benarkah bumi sedang tidak baik-baik saja? 

Setahuku, yang tidak baik-baik saja adalah aku, dengan segala kekacauanku. Setahuku, yang tidak baik-baik saja adalah kamu, yang merindukan kebebasan setelah terkurung dalam waktu yang lama pada sangkar emas. Setahuku, yang tidak baik-baik saja adalah mereka, yang tengah berjuang untuk sebuah kehidupan. Dan setahuku, yang tidak baik-baik saja adalah kita, yang dilemahkan oleh makhluk tak kasat mata yang membatasi segala pergerakkan. Ya, bisa dibilang kehidupan kita tengah tidak baik-baik saja. 

Sedangkan bumi? 

Apalagi? Bukankah sudah banyak kerusakan yang timbul? Lalu sekarang? Saatnya pemulihan diri. Yup... Pemulihan diri. Langit yang biasanya kelabu karena kepulan emisi, bukankah saat ini kau melihatnya membiru? Sampah yang biasanya menumpuk pada suatu sudut objek wisata, bukankah saat ini tidak lagi menampakkan wajahnya?

Mungkin juga disana, hutan menghijau kembali. Manusia yang biasanya berkuasa dan tanpa sadar semena-mena pada alam dibuat tak lagi berkutik. Bila memandang lebih jauh, bukankah ini ironis? Ah... Tetapi, ini lucu sekali. 

Baiklah, barangkali, yang berkeluh kesah tak cuma aku seorang. Ada banyak cerita serupa yang kau temukan setelah menjelajah dalam maya bukan? 

Ah... Sebenarnya ini bukan keluhan. Anggap saja, ini sebuah catatan. Lagipula, di tengah segala kekhawatiran itu, aku menikmatinya. Di tengah keluhan itu, aku mensyukurinya. Di tengah rutukan itu,  aku menceritakannya dengan tenang. Aneh bukan? Hehehe... Bukan aku bila tidak aneh memang. Anggap saja, aneh sebagai nama tengahku. 

Tetapi, bukankah setiap peristiwa yang terjadi memiliki sisi baik dan buruknya? Tidak akan dibiarkannya hanya salah satunya yang mengisi bukan? Ah sudahlah, daripada menambah pening, percaya saja, semua ini akan berlalu. 

Komentar