Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tentang Desember

  Entah kemilau kembang api atau langit mendung yang tengah menahan hujan diluar sana, yang menemaniku melukis catatan di lembaran terakhir. Hitungan ini sudah genap setahun. Desember menjadi batasan selamat datang dan selamat tinggal. Lalu... Masih seperti bulan sebelumnya. Tidak mudah untuk mengungkapkan sebuah pemikiran dalam barisan kata yang tertata. Belum banyak yang berubah dari mereka untuk bisa bekerjasama. Ah... Iya, ada sesuatu yang masih aku lupakan. Terima kasih, kepada aku, dari aku. Terima kasih karena mau sedikit melawan ego untuk pindah dan tak berdiam di tempat. Terima kasih untuk menahan sedikit keterbatasan yang kurang menyenangkan. Terima kasih, untuk bertahan walau terpaksa. Setidaknya sudah banyak hal yang kita pahami dan pelajari bersama. Iya, aku tahu. Hasil kita tak sepenuhnya menuntaskan rancangan sebelumnya. Tak perlu saling menyalahkan. Penyangkalanmu, dan penundaanku adalah kombinasi sempurna bagi kita untuk saling paham. Kombinasi yang juga sem

Being Fearless to Speak Up!

For those, who haven’t any courage to speak up, I know, most people I met in person out there said that I'm too talkative. In fact, hmm, maybe. Depend on the occasion that occur. But I do realize sometimes that there is an energy that boost up my mood when I’m surrounded by people. So, it makes me automatically talking a lot of things around just in a minute. I can make the conversation last longer sometimes when talking to a stranger I just met. Obviously, it could jump from a topic to another and back again to the first topic that we talked before. Well, I just realized it when I’m writing this a minute ago. Hey… I bet you’re already tired just by reading this introduction. See… could you imagine that? Maybe it's because of my curiosity. I don’t know exactly where some random topics that across my mind are comes from so I have some things to talk about, but I’m grateful. At least, the person whom I talked to didn’t feel bored while we're talking (or I guess th

Tentang November

Tanpa terasa, sebentar lagi November pun berlalu. Menjadi bulan kesebelas yang telah terlewati sepanjang tahun ini. Apa kabar aku? Sejujurnya aku ingin berkata bahwa aku masih seperti yang dulu. Hanya saja, hal itu semakin mempertegas bahwa aku masih berada di tempat yang sama. Tak sekalipun untuk berpindah. Padahal, mungkin saja aku hanya tidak terlalu memperhatikan sudah seberapa jauh meninggalkan jejak? Sekecil apapun, sebenarnya aku, ah tidak, kita berproses. Mungkin aku tidak menyadarinya. Mungkin kita tidak peka pada perubahannya. Ya, wajar bila kita terkadang kurang bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidup, bahkan hal pahit sekalipun. Ah… aku tidak sedang berakting sebagai orang yang bijak. Seperti yang telah kamu baca pada bulan-bulan sebelumnya, bahwa tulisan ini adalah bentuk refleksi dari diri sendiri yang masih sering lupa. Maka disinilah peran tulisan-tulisan itu. Membawa kembali memori selama sebulan terakhir, juga seberapa jauh aku berubah dalam set

Tentang Oktober

Sebelum hitungan ini berakhir, sebelum aku tak lagi memiliki waktu untuk menyendiri, sebelum aku tak sempat lagi untuk menepi, bolehkah aku menyapa? Ah... Sejatinya aku tahu. Tak ada yang melarangku. Juga tiada yang peduli. Aku tahu. Sebab inilah bilik hampa tempatku bersuara, bukan dalam hening. Ah... Hitungan kesepuluh. Jariku telah genap menghitungnya. Tanpa terasa berlalu begitu saja. Bagaimana denganku? Hahaha... Jangan bertanya. Lebih baik simpan saja sendiri. Sebab kamu akan mengetahuinya, walau dalam persepsi berbeda. Ah... Naluri liarku berulah kembali. Bagaimana bisa aku menikmati pelarian singkatku dari kewajiban yang mengurung? Ralat... Pelarian singkat itu hanya secuil perjalanan. Nyatanya aku melarikan diri secara terang-terangan. Padahal sudah jelas bukan, ada sesuatu yang harus aku pertanggungjawabkan? Bohong bila aku tak menikmatinya. Ya... Dia menghapus dahaga yang sedikit kemudian tak seharusnya terjadi. Apa yang kulakukan adalah salah. Bahkan dalam per

Tentang September

Mari lihat seberapa jauh aku bercerita dalam hitungan kesembilan ini. Tak banyak hal yang kuukir. Masih tentang usaha untuk menjadi baik. Aku rasa, sepanjang hidup pun akan terus bergumul dengan hal ini. Entah sampai kapan. Sulit memang. Bukankah ujian memang tak pernah mudah? Bila mudah, mengapa harus ada ujian? Sekali lagi, jawaban sudah kuketahui dengan pasti. Yang tidak pasti adalah keinginan yang mudah diterbangkan angin. Yang tidak pasti adalah hasrat untuk membawa diri jatuh. Yang tidak pasti adalah tentang suatu masa yang terus dipertanyakan sedang hadirnya saja belum tentu mendapat sambutan. Tak perlu bertanya, mungkin sudah tahu bukan apa jawabannya. Lelah. Tetapi lelah saja tidak akan menuntaskan masalah. Aku tahu itu. Aku juga belum ingin menyerah. Bisa saja inilah salah satu kesempatanku menikmati hidup walau dengan payah. Ah… Satu episode lainnya sudah kulakoni. Mungkin pula untuk menyangkal bahwa aku tidak selemah yang dikira. Aku selalu me

Jangan Bilang-Bilang, Ya?

Ada yang kangen gak sama aku beberapa bulan belakangan ini? Gak ada yak? Baiklah… aku ngumpet lagi aja. Eits… tapi, sebelum aku ngumpet, sengaja mau ninggalin jejak dulu. Siapa tau habis ini ada yang nyariin aku. Siapa tau kan? Oke deh. Gak perlu banyak basa-basi untuk pembukaan (karena aku yakin banget, basa-basinya selama cerita ini ditulis), so here we go …. Ceritanya… Aku menghabiskan malamku dengan ritual yang rutin gitu-gitu aja. Setelah kelar semua kerjaan, sikat gigi, cuci tangan, cuci kaki, bersih-bersih kasur, menata bantal, pasang selimut, dan tring… hape di tangan kanan, baca wattpad. Cerita yang aku baca mainstream sih sebenarnya. Apalagi coba kalau temanya gak jauh-jauh dari romance ? Karena kebucinan tidak bisa dilakukan di dunia nyata, alhasil cukup dunia khayalku aja deh yang bucin. Memang, cerita yang aku baca ini juga menceritakan kebucinan tokoh utama cowok dalam mengejar cinta sang mantan calon ipar. Nah lho… Gokil sih emang ini cerita. Majnunnya t