Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Untuk Hutang, yang Belum Terbayar

Assalamualaikum, Pak... masih ingat dengan saya? Saya, yang dulu pernah berdiam di depan masjid ini. Menikmati segarnya soto di bawah terik matahari. Mengatasi orkestra yang mendendangkan lara yang sudah bergema sedari pagi karena lelah berdiri, berjemur. Bersama ribuan manusia baru. Kala itu saya masih menjadi manusia yang belum terbangun. Manusia, yang masih menikmati mimpinya sendiri. Sampai detik ini pun sebenarnya masih belum ada yang berubah. Tetapi jika menapaki dinding dimana mimpi pernah terukir dulu, rasanya saya malu sendiri. Karena saya masih tertidur. Di bawah terik matahari memang melelahkan. Bukan karena saya takut menjadi gelap. Hanya saja saya lelah berdiri. Menunggunya, yang terpaksa menjadi pujaan hati. Kala itu, saya masih belum benar-benar menerima kehadirannya yang akan menemani hari-hari saya. Dalam penantian itu, ada jenuh yang melanda. Ia berjalan lama sekali. Lalu saya memutuskan untuk pergi. Berjalan mencari tempat teduh. RumahNya. Rumah yang sanggup

Untukmu, yang Masih dalam Pencarian

Bagaimana? Sudahkah kamu menemukannya? Menemukan kepingan yang masih menjadi misteri atau sudah lama kamu cari? Bagaimana perjalananmu dalam pencarian ini? Menyenangkankah? Aku harap demikian. Semoga kamu menikmati perjalanan ini. Dear you.... Mungkin ini hanyalah sebuah surat terbuka bagimu. Tentang bagaimana perjalanan itu. Kamu wajib untuk membalaskannya padaku suatu hari nanti. Menceritakan padaku bagaimana kisahmu itu. Bagaimana cara yang kamu tempuh dalam perjalananmu. Karena di sini ada aku yang tengah menunggu. Entah menunggu perjalanan yang sering kudengar 'menyenangkan' namun tak sedikit pula yang mengatakan 'melelahkan' atau memang sebenarnya aku sudah berada dalam perjalanan itu, namun kini seperti hilang arah. Rasanya ekspedisi kali ini memiliki banyak tugas untukku. Tentu saja, aku harus menyelesaikannya. Sebelum tiba waktunya pulang. Selama aku belum menyelesaikannya, selama itu pula aku takkan kembali. Bukan inginku, bukan kehendakku, tetapi in

Untukmu, yang tengah berjuang...

  Sabar. Sabarlah. Mungkin, memang inilah langkah awalnya.Ini memang berat. Aku tahu. Karena dulu aku pernah berada dalam posisimu. Karena dulu, aku pernah sepertimu. Ketika menyerah adalah pilihan yang terasa begitu nyata. Ketika ia, mulai menyapa ujung-ujung jarimu. Memintanya, untuk segera bertautan. Tetapi kini pilihan ada padamu. Apakah ingin menyambut hangat uluran itu atau berlari ke arah lain? Menghadapi hal yang sebenarnya mungkin saja dihindari. Jika kini kamu tengah berada dalam dilema, cobalah sejenak untuk menengok langkah terakhirmu. Sudah seberapa jauh melangkah? Sudah berapa lama mengukir kisah? Sudah berapa banyak mengukir sejarah? Sudah berapa langkah mendekati cita? Tidakkah rasanya sayang untuk berhenti melangkah? Sabar... sabarlah... Sakit ini hanya sementara. Perih ini tak akan bertahan lama. Karena setelah ini, ada sembuh yang akan menghampiri. Karena segala hal tidak akan pernah menetap dalam waktu yang lama bukan? Kamu percaya kan bahwa semua b