Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Hallo, Mei

Hi, May…  Menyapamu dengan sebaris kata diatas seolah menyapa diriku sendiri. Ah, bagaimana aku bisa lupa? Bukankah sudah sejak lama kita menyatu dan selaras dengan kehidupan?  Hitunganmu mungkin saja ganjil pada kalender masehi, tetapi kamu menggenapkanku. Seterusnya, sejak pertama kali disinipun, kamu berbeda untukku.  Hei, sebenarnya aku ingin berhenti untuk meromantisasi hal kecil ini dengan kata-kata yang lebih tepat menjadi dendang untukku. Hanya saja, andai rasa syukur bisa diungkapkan dengan rasa yang tak melulu menyentuh kalbu. Bisakah sekali saja, kita bercanda dalam mengungkapkan rasa, tetapi tidak demikian dengan makna?  Selamat datang, bulanku.  Kamu mungkin sudah tahu bahwa hadirmu selalu menggoreskan kesan di kalbuku. Tetapi tahun ini, kesan itu berbeda, menjadi dua kali lebih istimewa dari sebelumnya. Tahukah kamu? Semesta seolah  menyambut dua kali untuk kehadiranku. Pertama, pada hari manusia diibaratkan seperti bayi yang baru lahir.

Memoirs of Ramadhan 1441 H

  Tau-tau aja ini adalah hari terakhir puasa. Hari terakhir bulan Ramadhan. Gak papa kali ya, kalau tulisan kali ini ngomongin Ramadhan? (yang namanya Ramadhan, pliss… jangan ge-er).  Sebab, ngomongin orang gak baik kan? Oke…  Kalau mau ngaku, selalu ada sisi melankolis yang muncul ketika bakal ditinggal pergi bulan ini. Seketika aja flashback tentang apa-apa aja yang udah terjadi sebulan kemarin. Ada banyak pelajaran yang bisa aku ambil melewati Ramadhan tahun ini. Perihal menjadi pemimpin, setidaknya bagi diri sendiri. Perihal memperbaiki bacaan shalat yang ternyata masih banyak yang hanya asal bunyi. Perihal belajar istiqamah seberapapun kamu ditempatkan dalam segala keterbatasan. Perihal menyadari juga, sebenarnya, dalam ibadah paling mendasar pun masih banyak kurangnya. Lantas bagaimana bisa bersikap setinggi langit?  Itu baru sekian hal. Tahu apa yang paling parah? Ketika membandingkan apa yang terjadi antara Ramadhan tahun lalu dan tahun ini. Sendunya tambah parah.