Langsung ke konten utama

Hallo, Februari


 
Katanya, ini adalah salah satu bulan yang banyak mengukir momen spesial.


Ah, masa?


Aku tidak mempercayainya.


Hei… tunggu dulu,

Bukan berarti Februari merupakan masa kelam bagiku pada hitungan sebelumnya. Aku juga tidak membencinya. Sebab pada bulan ini, seorang yang sangat berarti bagiku pun diutus ke dunia olehNya. Hanya saja, Februari menurutku sama saja seperti hitungan lainnya. Kecuali untuk hari itu.

Beberapa mungkin sependapat denganku. Menganggap hitungan ini istimewa karena kehadiran seseorang yang berarti. Atau mungkin, bisa saja memperingati hari kehadirannya sendiri. Tetapi aku tidak buta tentang sesuatu yang dianggap spesial secara universal di bulan ini.

Aku juga tahu, di luar sana, beberapa menjadikannya spesial dan menandainya dengan menjalin suatu hubungan. Terlebih, yang berhubungan dengan cinta. Entah dengan mengekspresikan sebuah rasa, atau mendeklarasikan suatu hubungan.

Sejak lama, aku hanya memerhatikan pernak-pernik yang didekorasi sedemikian rupa untuk menyambut bulan ini. Mereka menyebutnya, bulan kasih sayang. Dimana cinta diungkapkan tanpa beban. Dimana cinta tergambar pada sepasang muda mudi yang dimabuk asmara. Dimana cinta, seolah tergambar pada setiap hembusan angin bulan Februari.

Cokelat, Bunga, Boneka, lalu apa lagi? Adakah yang ingin menambahkan?


Tetapi aku tidak menyambutnya. Tidak juga mempersiapkan segala hal yang terkait dengannya. Bukan karena aku tak punya cinta. Sebab cinta tak hanya tergambar dominan pada bulan ini saja, menurutku. Tetapi aku juga tidak akan menolak, bila seseorang memberikan cokelatnya padaku. Cokelat yang mungkin saja dipersiapkan untuk kekasih pujaan, namun harus menelan kecewa ketika menerima jawaban darinya. Lumayan juga untukku, mendapat gratisan. Setidaknya pesan cintamu juga tersampaikan dengan berbagi pada sesama walaupun salah sasaran, bukan?


Ah… sampai dimana tadi?


Baiklah, tentang bulan ini…

Ada satu hari lagi yang kutandai selain karena memperingati kelahiran seseorang. Satu hari, yang sudah kucatat rapi dalam sejarahku nanti. Catatan tentang perjuangan setahun yang lalu, telah kugenapkan pada hari tersebut. Dan kini siap ataupun tidak, catatan lainnya akan menyapa pada alur ceritaku. Sebab waktu tak akan mungkin berbaik hati berhenti hanya untukku seorang bukan?

Ah… biarkan aku larut dalam euphoria manis ini.

Februari yang kuanggap biasa, entah mengapa terasa spesial sejak hitungan pada titik ini.

Sampai jumpa lagi.

Komentar