Langsung ke konten utama

Hallo, September




September ceria, September ceria… 

September ceria, September ceria  

Milik kita, bersama..aaa….*


 
Kalau dipikir-pikir lagi, 2020 tinggal hitungan dibawah lima jari.

Iya kan? Sudahlah, bukan perkara berapa bulan lagi untuk beranjak meninggalkan 2020. Apa kabar dengan beberapa rencana yang sudah tersusun sepanjang tahun ini? Sudahkah banyak yang tercentang?

Tidak hanya kamu, aku pun demikian. Bahkan kurasa, semua pun juga sama-sama mengalaminya. Beberapa rencana harus kembali tertunda untuk dilaksanakan di tahun berikutnya. Sebenarnya, untuk menuliskan hal tersebut aku sangsi. Bukan karena pemikiran soal kemampuan untuk memenuhinya di tahun selanjutnya (meskipun ini mungkin saja sesekali hadir). Lebih karena dibalik hambatan yang merintang, engganku pun menyaru.


Apakah ini restu dari semesta? Atau hanya akalku saja yang mengada-ada mencari pembenaran?

 
Baiklah,

Selamat datang pada hitungan kesembilan. Angka yang sempurna. Selamat menulis kisah pada setiap harinya di bulan ini. Seseorang pernah berkata bila bulan ini istimewa. Pergantian musim, harapan baru, kenangan masa lalu, atau… bahkan kisah asmara yang baru saja terajut seperti yang tertuang dalam bait sebuah lagu September Ceria.

September Ceria…

Tadinya kuharap begitu. Tetapi, ketika menjalaninya, aku malah berharap Wake Me Up when September End. Oke… ini hanya sebuah bentuk korelasi yang dipaksakan antara judul-judul lagu yang terinspirasi oleh bulan ini.

Terlepas dari seberapa peliknya September untuk dilalui, bukankah ada hal-hal yang perlu kita syukuri? Untuk kesempatan memperbaiki diri, masih diberikan waktu untuk bernapas dengan normal, juga kesempatan untuk menebar kebaikan sekali lagi. Sebab, tidak ada yang tahu bukan bagaimana kita berakhir nanti? Juga, tak ada yang tahu persis kapan tepatnya.

 
Ah… maaf untuk kembali mengundang kelabu disini.

Tetapi memang sesuatu tentang saat ini, membawaku menjajaki ruang yang sering diabaikan dan terlupakan.

Dimulai dari suatu peringatan.

Ini mungkin motivasi yang baik untuk menjinakkan lemah diri yang sampai saat ini masih membuatku bertarung. Bersyukurnya, peringatan itu hampir setiap hari muncul pada beranda-berandaku. Juga tersimpan pada sudut yang membuatku kembali mencerna tentang kehidupan di kala luang. Mulai dari peringatan yang super halus, hingga yang ekstrem sekalipun. Tetapi dari semua, mengapa peringatan yang ekstrem ini yang betah untuk menempel disana? Pengingat nyata seolah waktuku tak lagi lama sedang nikmat dunia yang melalaikan masih saja kunikmati.

Seakan mendukung itu semua, ada yang harus pergi untuk meninggalkan karena sudah berjumpa waktunya. Padahal sebelumnya kulihat dia baik-baik saja. Masih bergerak lincah seolah tanpa derita sedikitpun. Tetapi, itu hanya setengah hari. Sebab disisa harinya, ia berjuang, melawan derita yang hendak menjemput hingga bertemu dengan batas akhir.

 
Pada akhirnya, aku juga harus membiarkannya pergi. Cukuplah perjuangannya untuk mempertahankan hidup. Bila sudah saatnya, tak ada yang mampu mencegah, bukan? Tetapi kepergiannya meninggalkan banyak pesan untukku. Bila memikirkannya hingga detik ini, aku pun masih terpaku.


Baiklah….
Semoga saja, masih ada waktu yang tersisa untuk berbenah. 
 
 
Bagaimana dengan Septembermu?







Note (*): 
Yang membaca lirik di atas sambil nyanyi, fix termasuk golongan tua.
Yang malah bengong dan gagal paham itu lagu apa, fix yang menulis post ini udah tua.
Tapi tolong untuk tidak membahas pada angka berapa penulis berpijak saat ini. Percayalah, aku belum setua itu meskipun banyak mengenal lagu-lagu lama 😆

Komentar