Langsung ke konten utama

Postingan

Tentang Agustus

Terima Kasih, Bukan karena pada akhirnya telah memutuskan untuk berbelanja pada toko kami. Bukan juga karena telah mengunjungi kedai ini untuk sekedar menghamburkan waktumu. Ah… bukan tentang itu. Ini hanyalah serentetan kata yang diucapkan jauh dari dalam hati.   Terima kasih, Untuk bergerak kembali pada akhirnya setelah sekian lama berdiam. Untuk merasa jengah pada bisu yang menjalar dan menjerat dengan kuat. Untuk beranjak dari kenyamanan yang sesat. Beberapa yang sempat diniatkan dan direncanakan beberapa bulan yang lalu akhirnya berjalan. Tak mudah memang bergerak untuk melawan. Tak mudah bergerak meninggalkan kenyamanan. Hanya saja, jika tidak sekarang, mau sampai kapan? Bukankah cepat atau lambat ia harus kamu hadapi?    Terima kasih, Untuk merasa gerah. Untuk tidak menatap pada ketakutan. Untuk bersikap bodoamat terhadap hal yang sempat menjadi kekhawatiran. Sedari dulu, semesta pikiranmu memang rumit. Aku tahu. Hingga kamu lupa ...

Tentang Juli

Bagaimana hendak memulai? Sembari memikirkan beberapa kata untuk menulis, aku hanya bisa tersenyum. Bukan pada pencapaian yang sudah ku rancang dan berhasil terpenuhi dari jauh-jauh hari. Bukan pula karena tak lama lagi, salah satu tanggung jawabku terlepas. Bukan. Mungkin, beberapa orang yang melihatku menganggapku gila, atau terlampau bodoh. Entahlah. Aku tak lagi mendengar racau mereka yang selalu ingin tahu itu. Untuk apa? Toh mungkin saja kabarku saat ini menimbulkan dua warna pada diri mereka. Bila kuhitung kembali, sudah cukup lama juga aku mengisolasi diri. Tak lagi tertarik untuk berbasa-basi. Tak lagi berminat untuk tetap menyunggingkan senyum ramah. Juga tak lagi berniat untuk memperlakukan mereka dengan istimewa. Ah… mungkin masih. Tetapi hanya pada mereka yang benar-benar peduli. Lagipula, tidak semua orang harus dibahagiakan bukan? Tenang saja, Aku sudah mengetahui konsepnya sejak lama. Hanya saja baru benar-benar menerapkannya. ...

Tentang Juni

Photo by Lawton Cook https://unsplash.com/photos/m0wptz8vYpw Bukankah nuansa kemenangan mengental pada bulan ini? Ramai orang mendeklarasikan kemenangan atas perjuangan yang lalu. Kemenangan yang diagukan layaknya oasis di padang gurun. Menyejukkan, tetapi bisa pula mematikan. Ah... Mungkin menurutku saja. Nyatanya kemenangan yang aku rasakan tak sepenuhnya ada. Deklarasi itu tak semestinya diserukan terlebih dulu. Pada titik tertinggi itu, aku justru lengah. Larut dalam euforia kemenangan yang disambut banyak orang. Seharusnya aku ingat, masih panjang jalan yang harus dilewati. Seharusnya aku ingat, perihal menyiapkan perbekalan menuju jalan panjang. Seharusnya aku ingat, untuk tetap berjalan tanpa menghiraukan lelahku. Ah... Euforia ini membuatku lupa daratan. Titik tertinggi itu seharusnya menjadi awalan bagiku untuk lebih baik lagi. Aku ingat sempat berjanji sebelumnya. Pada titik dimana aku menjadi manusia yang baru, aku akan bersungguh-sungguh. Nyatanya, ucapan...

Tentang Mei

Photo by Océane George on Unsplash Aku hanya bergerak saja dalam perencanaan pendek. Tak peduli pada cerita panjang yang selalu membayang. Tak peduli pada penyangkalan sisi lainnya. Sebab, mereka juga akan tetap seperti itu. Berdebat tanpa jeda pun akhir. Adalah suatu makna, dari segala perjalanan pintas yang kulalui. Adalah suatu rasa, yang tersirat untuk sedetik saja. Adalah suatu tujuan, yang mungkin saja aku idamkan sejak dulu. Hingga suatu tanya kembali terbersit, inikah yang aku mau? Benarkah ini jalanku? Katanya, untuk menjadi bahagia itu tidak sulit. Benarkah begitu? Mengapa untuk mencapainya pun aku perlu meliuk mengikuti alur yang tak selalu lurus? Demi mencapainya, mungkin tak kujumpai waktuku sendiri. Demi mencapainya, mungkin banyak energi yang terkuras pada hal yang tak lama diolah. Demi mencapainya, mungkin perlu merasakan luka hingga godaan untuk memilih berpaling dan pergi. Pada akhirnya, menjadi bahagia perlu suatu perjuangan. Tidak mungkin memi...

Tentang April

Photo by Dominik Martin on Unsplash Perkara waktu yang selalu bergulir, aku tak menyangka bahwa ini sudah menginjak hitungan keempat. Bila membuka ruang ini dan melihat secara lebih luas, mungkin ada banyak hal yang mengalami perubahan. Bohong bila aku berkata bahwa aku tak berubah. Sebab aku adalah salah satu komponen jagat raya yang juga mengalami dimensi waktu. Tidak banyak secara fisik. Yang berbeda ialah gejolak dalam diri. Entah, darimana sumbu ini berasal, tetapi secara perlahan ia berpijar. Pemberontakkan, penyangkalan, hingga berani menyalahkan keadaan. Ia semakin bergerak tanpa kendali. Seolah nasihat para tetua tak begitu memiliki arti. Ia hanya alunan yang sengaja berdendang untuk menemani sepi. Hanya lewat, tanpa pernah menetap dan tinggal.  Ah… bahkan tidakkah kau rasakan sendiri tentang bara yang masih berpijar lewat rangkai aksara ini? Untuk sedetik kesadaran, aku mencoba merekanya dalam hening. Mengoreksi tentang catatan merah diri yang telah...

Ujung-Ujungnya Pembatasan Plastik

Oeklah,  Eh… kebalik. Okelah, topik yang ditulis kali ini sebenarnya bukan hal yang baru aja terjadi. Mungkin karena aku baru aja ngerasain gimana dampaknya, jadinya nekat buat ditulis di sini.  Kalau dipikir-pikir, kayaknya udah lama banget aku terdampar di negeri antah berantah. Sampai hal yang seperti ini aja baru sadar. Berlebihan sih, cuma ya efeknya kurang lebih kayak ‘selamat datang untuk kamu yang kembali menginjak tanah setelah kelamaan bermimpi’ . Anyway … Ini adalah catatanku perihal pembatasan penggunaan plastik. Sebenarnya udah bukan isu baru lagi sih. Ya, aku paham betul dan sepenuhnya sadar. Mulai dari akhir tahun 2018, himbauan ini udah beredar luas terutama pas lagi belanja di supermarket. Aturan mengenai ini juga sudah diterapkan di Bali awal tahun 2019 kemarin.  Jadi, kalau kamu kebetulan lagi belanja di supermarket yang namanya udah mentereng seantero negeri (perlu aku sebutin namanya?)   jangan harap belanjaanmu bakal dibungkus pa...

Tentang Maret

Maret, dan segala teka-tekinya. Seringkali aku terdampar dalam kalut yang menerbangkan khayal. Tersesat pada ribuan tanya yang saling melilit satu sama lain. Tak ada pangkal, yang ada hanyalah gumpalan kekusutan yang meronta untuk terurai. Pada akhirnya, aku menekan diri untuk menguraikannya. Memberinya nama kekalutan itu, teka teki. Ya, ini adalah hitungan ketiga dalam masehi.   Photo by  Mauricio Artieda  from  Pexels     Mungkin saja masih terlalu awal. Tetapi bukankah sebaik-baiknya tidak memberi kesempatan diri untuk kembali menunda? Bukankah semakin banyak tuntutan yang harus kamu jawab sedang mungkin saja waktumu tak lagi banyak?   Masih bergerak pada poros yang diyakini, tetapi tak mungkin untuk berlari mundur dan menghindar bukan? Tidak hanya tanya tentang hari ini. Tanya kemarin, juga tanya yang akan datang menjadi pelengkapnya. Ribuan tanya dalam satu lini pada waktu berbeda. Di tengah tanya yang menggantung, ada ...

Menghadapi Kebuntuan

Photo by  Josh Hild  on  Unsplash Sebenarnya, aku gak tahu kemana jari-jari ini akan mengetik huruf di papan keyboard . Atau, kemana cerita ini akan mengalir. Atau... sebenarnya kamu mau ngapain sih, Meg? Mau bertingkah malu-maluin lagi? Hehehe… mungkin. Tapi sepertinya, aku akan kembali membuat pengakuan yang sebenarnya cukup bikin malu berhubung seorang Mega sudah biasa demikian. Jadi, post ini mungkin di luar ekspektasi. Sebab, ini hanya sebuah catatan kusut dari orang yang merasa masih belum memiliki arti. Tssaahh… So , Belakangan ini, aku sedang berada dalam tahapan gak ngerti mau kemana sebenarnya alias hilang arah. Mungkin, kebanyakan orang sulit untuk mengakui situasi terpojok dan buntu seperti ini. Serasa membuka satu kunci kelemahan. Tetapi sesaat kemudian aku berpikir, mungkin sesekali mengakui kelemahan gak masalah. Bukan berarti lemah, tapi capek kali lah kalau terus menerus menekan diri biar terlihat kuat padahal sebenarnya tidak. Mana tau kan ketem...

Tentang Februari

Bila Januari adalah rencana, maka Februari menyapa dengan cerita berbeda. Tak perlu ku akui lagi pada semesta, tentangku yang masih belajar memegang komitmen. Aku tidak tahu ingin menyebutnya apa. Tak mudah memang merubah sikap yang menahun mengukungmu. Bukan dalam hitungan satu atau dua tahun, ini lebih dari itu.   Berkutat dengan segala janji, pada akhirnya, aku memilih ingkar kembali. Tak perlu mengingatkanku soal konsekuensi, sebab aku sudah tahu jawabannya. Februari ialah bulan kedua. Semua juga tahu itu. Tetapi menurutku ini bukan hanya perkara hitungan waktu. Ialah bulan kedua aku berjalan menuju perjalanan yang tumben saja aku seriusi. Sedikit tanpa arah, tak masalah. Bukankah hidup perlu proses yang panjang hingga akhirnya kamu pun matang? Melintasi hari layaknya seorang pesakitan, ini akan menjadi palu godam selama setahun. Hawa untuk berjuang itu datang kembali. Sudah berapa lama aku menghindar? Bila kemarin terbuai mimpi, inilah saatnya untuk bangki...