Maret, dan segala teka-tekinya.
Seringkali aku terdampar dalam kalut yang menerbangkan
khayal. Tersesat pada ribuan tanya yang saling melilit satu sama lain. Tak
ada pangkal, yang ada hanyalah gumpalan kekusutan yang meronta untuk terurai.
Pada akhirnya, aku menekan diri untuk menguraikannya. Memberinya nama kekalutan
itu, teka teki.
Ya, ini adalah hitungan ketiga dalam masehi.
Photo by Mauricio Artieda from Pexels |
Mungkin saja masih terlalu awal. Tetapi bukankah
sebaik-baiknya tidak memberi kesempatan diri untuk kembali menunda? Bukankah
semakin banyak tuntutan yang harus kamu jawab sedang mungkin saja waktumu tak
lagi banyak?
Masih bergerak pada poros yang diyakini, tetapi tak mungkin
untuk berlari mundur dan menghindar bukan? Tidak hanya tanya tentang hari ini.
Tanya kemarin, juga tanya yang akan datang menjadi pelengkapnya. Ribuan tanya
dalam satu lini pada waktu berbeda.
Di tengah tanya yang menggantung, ada pintu-pintu jawaban
yang sedikit tersingkap. Perlahan bergerak untuk menjadi satu dalam kepingan
utuh. Menuntutnya untuk menyelami benang merah yang mungkin saja menjadi kunci.
Membuka batu loncatan yang selama ini tertutup tempurung.
Ada kesempatan, tetapi juga lengkap dengan keraguan untuk
melangkah. Perihal diri yang masih terlena dengan kenikmatan semu,
Mampukah ia bertahan?
Mampukah ia berjuang?
Mampukah ia melawan?
Bukan perkara jawaban dari bibir yang harus diyakini. Bukan
juga soal mengikuti kata hati. Sebab aku mengetahui ia seperti apa. Ia ibarat
angin yang mudah sekali berganti musim. Ini hanya soal konsistensi yang
dipertanyakan dalam diri.
Sudah sekuat apa kamu bertekad pada dirimu sendiri?
Komentar
Posting Komentar