Photo by Océane George on Unsplash |
Aku hanya bergerak saja dalam perencanaan pendek. Tak peduli pada cerita panjang yang selalu membayang. Tak peduli pada penyangkalan sisi lainnya. Sebab, mereka juga akan tetap seperti itu. Berdebat tanpa jeda pun akhir.
Adalah suatu makna, dari segala perjalanan pintas yang
kulalui. Adalah suatu rasa, yang tersirat untuk sedetik saja. Adalah suatu
tujuan, yang mungkin saja aku idamkan sejak dulu. Hingga suatu tanya kembali
terbersit, inikah yang aku mau? Benarkah ini jalanku?
Katanya, untuk menjadi bahagia itu tidak sulit. Benarkah
begitu? Mengapa untuk mencapainya pun aku perlu meliuk mengikuti alur yang tak
selalu lurus? Demi mencapainya, mungkin tak kujumpai waktuku sendiri. Demi
mencapainya, mungkin banyak energi yang terkuras pada hal yang tak lama diolah.
Demi mencapainya, mungkin perlu merasakan luka hingga godaan untuk memilih berpaling
dan pergi.
Pada akhirnya, menjadi bahagia perlu suatu perjuangan. Tidak
mungkin memilih berdiam dan mati di tempat. Mengapa pula hal hidup harus
dikalahkan pada yang mati? Sedang yang mati pun tak memiliki kuasa untuk
berpindah sedikit pun. Kecuali, ia terlalu bodoh dan memilih mengalah pada apa
yang seharusnya diperjuangkan.
Tak ada jeda. Sebab aku terbiasa menunda. Inilah balasan
yang selalu aku hindari itu. Lelah? Memang. Tetapi bukankah aku sedikit
bersyukur karenanya?
Ini hitungan kelima. Tetapi ini adalah awal baru bagiku.
Sebab hitungan sebuah angka, tidak lagi berada di titik yang sama. Tetapi angka
hanyalah angka. Ia hanya sebuah hitungan tanpa makna bila tak memiliki arti di
dalamnya, juga tak memaknai arti hadirnya. Tak peduli sebesar apa, bila tetap
berada pada titik yang sama, ia tak akan menunjukkan perubahan.
Hitungan kelima. Bulannya ujian. Bulannya beramal. Bulannya
bertemu kembali dengan dia yang dirindu selama setahun. Bulannya memadu kasih
yang lebih dalam lagi padaNya, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Juga,
bulannya aku kembali mempertanyakan kilas balik yang telah lalu. Bulannya aku
kembali bangkit dari keterpurukan kemarin. Semoga saja menjadi lebih baik.
Dari dulu, dunia selalu menyimpan tanya. Mencapai jawabannya pun tak mudah. Pada akhirnya, inilah jalan yang akan dilewati itu. Kemudian, kemudi berada pada genggaman. Entah akan terjawab semua, atau tersimpan tanpa sempat kutemui.
Komentar
Posting Komentar