Tanggal 26, kalau boleh jujur, butuh beberapa hari kemudian untuk mengurai kejadian yang belakangan terjadi dan menyusunnya dalam sebentuk tulisan. Tak ada gagasan pasti selama masa tersebut, semua seperti berebut untuk segera dituliskan. Ujung-ujungnya malah mengikuti kata hati untuk tetap mencatat tanggal ini, walaupun belum selesai. Alasannya ? Terlalu sendu untuk diungkapkan secara gamblang. Nanti malah tengsin sendiri dan enggan kembali untuk sekadar membaca seperti yang sudah-sudah. Semuanya berawal ketika suatu rencana yang sedikit keluar jalur di awal bulan ini. Pilihan untuk sementara bertahan, terpaksa diakhiri lebih awal dari perkiraan. Sayangnya, antisipasi untuk mengeksekusi rencana selanjutnya belum cukup matang sebagai cadangan. Situasi yang bikin runyam pikiran, seperti hidup tanpa tujuan. Surel mingguan yang setahun terakhir meramaikan kotak masuk, kali ini menjadi kawan yang paling memahami keadaan. Menuliskan sebuah kisah tentang manusia yang tergolong paling banyak ...
Apa kabar Ramadhanmu kali ini? Suatu waktu, aku terpekur dalam hening atas pertanyaan selintas yang hadir. Menyadari sosok penanya yang sama, yang selalu menanyakan pertanyaan itu setiap tahunnya. Menyadari sebuah realita yang sering terjadi, tiada yang lebih perhatian selain diri sendiri. Ah, mengapa pula bertanya jika sudah tahu jawabannya? Bukankah sama-sama mengalaminya juga? Mungkin ingatan tentang apa yang terjadi dan yang sejauh ini berlalu masih terekam dengan jelas. Tetapi selama masih hidup di dunia, hukum alam akan tetap berlaku. Ingatan yang tak lama digunakan, cenderung memudar seiring waktu. Tiada yang dapat menyangkalnya, begitu pun aku. Lalu, apakah hal yang saat ini kuingat akan tetap teringat hingga beberapa tahun mendatang, misalnya 10 tahun dari sekarang? Tak ada jaminan. Jadi, terutama untukku yang membaca ini di masa depan , Ada yang aku ingin kamu tetap mengingatnya hingga nanti; Terutama tentang hikmah Ramadhan di tahun ini yang menyadarkanmu untuk tetap membum...