Tadinya kupikir tak ada yang istimewa dari frasa 'teman lelaki' . Jadi, tanpa mencerna maksudnya lebih jauh, aku baca saja tulisan di laman tersebut sampai tuntas. Tapi… kenapa semakin lama rasanya sangat personal, yak ? Seperti ditulis dari hati terdalam si penulis untuk seseorang yang amat istimewa. Meskipun beberapa kali kata 'teman' disebutkan, sepertinya ini bukan artian teman yang sebenarnya. Barulah aku sadari kemudian maksud sebenarnya dari frasa tersebut. Apalagi kalau bukan kekasih, atau yang lebih umum dikatakan pacar ? Iya, P.A.C.A.R . Pa-car. Aku lupa kalau ada sedikit kesenjangan bahasa mengingat tulisan tersebut hampir tak jauh beda dengan bahasa Indonesia. Sepertinya salah tangkap maksud frasa ini tak hanya terjadi sekali. Kalau diingat-ingat lagi, aku pernah terjebak dalam memahami maksud 'teman lelaki' sebelumnya. Kejadiannya persis saat jam istirahat, salah seorang teman lelaki di kelas iseng bertanya padaku dalam bahasa Inggris, "Do...
Tanggal 26, kalau boleh jujur, butuh beberapa hari kemudian untuk mengurai kejadian yang belakangan terjadi dan menyusunnya dalam sebentuk tulisan. Tak ada gagasan pasti selama masa tersebut, semua seperti berebut untuk segera dituliskan. Ujung-ujungnya malah mengikuti kata hati untuk tetap mencatat tanggal ini, walaupun belum selesai. Alasannya ? Terlalu sendu untuk diungkapkan secara gamblang. Nanti malah tengsin sendiri dan enggan kembali untuk sekadar membaca seperti yang sudah-sudah. Semuanya berawal ketika suatu rencana yang sedikit keluar jalur di awal bulan ini. Pilihan untuk sementara bertahan, terpaksa diakhiri lebih awal dari perkiraan. Sayangnya, antisipasi untuk mengeksekusi rencana selanjutnya belum cukup matang sebagai cadangan. Situasi yang bikin runyam pikiran, seperti hidup tanpa tujuan. Surel mingguan yang setahun terakhir meramaikan kotak masuk, kali ini menjadi kawan yang paling memahami keadaan. Menuliskan sebuah kisah tentang manusia yang tergolong paling banyak ...