Ada yang kangen gak sama aku beberapa bulan belakangan ini? Gak ada yak?
Baiklah… aku ngumpet lagi aja.
Eits… tapi, sebelum aku ngumpet, sengaja mau ninggalin jejak dulu. Siapa tau habis ini ada yang nyariin aku. Siapa tau kan?
Oke deh. Gak perlu banyak basa-basi untuk pembukaan (karena aku yakin banget, basa-basinya selama cerita ini ditulis), so here we go….
Ceritanya…
Aku menghabiskan malamku dengan ritual yang rutin gitu-gitu aja. Setelah kelar semua kerjaan, sikat gigi, cuci tangan, cuci kaki, bersih-bersih kasur, menata bantal, pasang selimut, dan tring… hape di tangan kanan, baca wattpad.
Cerita yang aku baca mainstream sih sebenarnya. Apalagi coba kalau temanya gak jauh-jauh dari romance?
Karena kebucinan tidak bisa dilakukan di dunia nyata, alhasil cukup dunia khayalku aja deh yang bucin. Memang, cerita yang aku baca ini juga menceritakan kebucinan tokoh utama cowok dalam mengejar cinta sang mantan calon ipar. Nah lho…
Gokil sih emang ini cerita. Majnunnya tokoh utama yang cowok gak ketulungan kalo udah ngebucin (majnun: gila). Segala cara dilakukan untuk memepet gadis yang cantiknya mengalahkan cahaya mentari tapi gesreknya gak ketulungan, bagi dia. Termasuk meyakinkan bapaknya si cewek yang emang setengah gak rela anaknya dinikahin orang lain. Padahal, udah ada aja dramanya si cowok ini dijodohkan dengan gadis yang perfectnya hampir selevel bidadari dari gadis yang dicintainya. Cuma, kalau namanya cinta, apa hendak dikata?
Endingnya…
Udah bisa ditebak lah yak. Template kisah cinta pada umumnya antara dua tokoh utama. Meskipun ada sakit-sakit dahulunya, Alhamdulillah jodoh kemudian. Untung jodoh. Baca cerita ini aja rasanya gemes-gemes pengen nabok sama kemajnunan cowok itu, tapi terlalu ucul banget authornya, gimana dong? Lah kok… oke salah fokus aku.
But that’s not the point, I want to share to you guys…
Aku sebenarnya bukan tipikel orang yang kalau menikmati suatu cerita sampai netesin air mata gitu. Nope. Atau kata lainnya, terlalu emosional, apalagi sampai ending cerita. Paling banter, aku cuma bisa narik napas berat and somehow my mind was blown away because of the story. That’s all.
Entah kenapa, bukannya fokus sama alur cerita utama, aku justru baper maksimal sama kisah cinta lain yang terselip dalam cerita itu. Ada yang mau nebak dulu, kisah cinta yang seperti apa?
Kalau dipikir-pikir lagi sih, hampir setiap cerita yang menggambarkan tentang kisah cinta ini pasti bakal nyentil banget buat aku. Hmm… kisah cinta orang tua ke anaknya. Terutama kalau ngambil sudut pandang ayah ke anak perempuannya. Mungkin, karena aku anak perempuan kali ya? Suka lemah aja gitu kalau nonton ataupun nyimak cerita jenis ini.
Related to that story…
Mari kita sebut saja bapaknya si cewek ini, Padi. Nah, Padi ini emang karakternya protektif banget sih ke anak ceweknya. Kalau ada seorang cowok yang macam-macam ke si anak gadis, sama dengan cari mati. Saking protektifnya si bapak, orang-orang pada curiga jangan-jangan ini father's complex. Gak tau aja, selain karena sayang, hal itu juga karena penebusan rasa bersalahnya ke si anak gadis. Apakah itu? Hehehe, gak seru kalo aku bongkar di sini.
Baiklah… aku ngumpet lagi aja.
Eits… tapi, sebelum aku ngumpet, sengaja mau ninggalin jejak dulu. Siapa tau habis ini ada yang nyariin aku. Siapa tau kan?
Oke deh. Gak perlu banyak basa-basi untuk pembukaan (karena aku yakin banget, basa-basinya selama cerita ini ditulis), so here we go….
Ceritanya…
Aku menghabiskan malamku dengan ritual yang rutin gitu-gitu aja. Setelah kelar semua kerjaan, sikat gigi, cuci tangan, cuci kaki, bersih-bersih kasur, menata bantal, pasang selimut, dan tring… hape di tangan kanan, baca wattpad.
Cerita yang aku baca mainstream sih sebenarnya. Apalagi coba kalau temanya gak jauh-jauh dari romance?
Karena kebucinan tidak bisa dilakukan di dunia nyata, alhasil cukup dunia khayalku aja deh yang bucin. Memang, cerita yang aku baca ini juga menceritakan kebucinan tokoh utama cowok dalam mengejar cinta sang mantan calon ipar. Nah lho…
Gokil sih emang ini cerita. Majnunnya tokoh utama yang cowok gak ketulungan kalo udah ngebucin (majnun: gila). Segala cara dilakukan untuk memepet gadis yang cantiknya mengalahkan cahaya mentari tapi gesreknya gak ketulungan, bagi dia. Termasuk meyakinkan bapaknya si cewek yang emang setengah gak rela anaknya dinikahin orang lain. Padahal, udah ada aja dramanya si cowok ini dijodohkan dengan gadis yang perfectnya hampir selevel bidadari dari gadis yang dicintainya. Cuma, kalau namanya cinta, apa hendak dikata?
Endingnya…
Udah bisa ditebak lah yak. Template kisah cinta pada umumnya antara dua tokoh utama. Meskipun ada sakit-sakit dahulunya, Alhamdulillah jodoh kemudian. Untung jodoh. Baca cerita ini aja rasanya gemes-gemes pengen nabok sama kemajnunan cowok itu, tapi terlalu ucul banget authornya, gimana dong? Lah kok… oke salah fokus aku.
But that’s not the point, I want to share to you guys…
Aku sebenarnya bukan tipikel orang yang kalau menikmati suatu cerita sampai netesin air mata gitu. Nope. Atau kata lainnya, terlalu emosional, apalagi sampai ending cerita. Paling banter, aku cuma bisa narik napas berat and somehow my mind was blown away because of the story. That’s all.
Entah kenapa, bukannya fokus sama alur cerita utama, aku justru baper maksimal sama kisah cinta lain yang terselip dalam cerita itu. Ada yang mau nebak dulu, kisah cinta yang seperti apa?
Kalau dipikir-pikir lagi sih, hampir setiap cerita yang menggambarkan tentang kisah cinta ini pasti bakal nyentil banget buat aku. Hmm… kisah cinta orang tua ke anaknya. Terutama kalau ngambil sudut pandang ayah ke anak perempuannya. Mungkin, karena aku anak perempuan kali ya? Suka lemah aja gitu kalau nonton ataupun nyimak cerita jenis ini.
Related to that story…
Mari kita sebut saja bapaknya si cewek ini, Padi. Nah, Padi ini emang karakternya protektif banget sih ke anak ceweknya. Kalau ada seorang cowok yang macam-macam ke si anak gadis, sama dengan cari mati. Saking protektifnya si bapak, orang-orang pada curiga jangan-jangan ini father's complex. Gak tau aja, selain karena sayang, hal itu juga karena penebusan rasa bersalahnya ke si anak gadis. Apakah itu? Hehehe, gak seru kalo aku bongkar di sini.
(You better read the story: Cinta Sehangat Mentari Note: Cerita mungkin bakal dihapus sebagian. Gak tau juga sih, coba tanya authornya. Semisal tertarik buat tetep baca, hubungi authornya yak)
Bahkan ada waktu khusus yang emang mereka luangkan untuk nge-date cuma berdua. Catat. Cuma berdua. Gak ada emaknya, ataupun brother-brothernya si anak gadis.
Yap, Padi is typically a daddy who treats his daughter as his precious treasure. Kalau bisa si anak gadis gak boleh lecet atau terluka sedikitpun. Ya, meskipun mau menghindar kayak apa, kalau takdirnya terluka, ya bakalan tetap luka.
Bahkan ada waktu khusus yang emang mereka luangkan untuk nge-date cuma berdua. Catat. Cuma berdua. Gak ada emaknya, ataupun brother-brothernya si anak gadis.
Yap, Padi is typically a daddy who treats his daughter as his precious treasure. Kalau bisa si anak gadis gak boleh lecet atau terluka sedikitpun. Ya, meskipun mau menghindar kayak apa, kalau takdirnya terluka, ya bakalan tetap luka.
Tapi aku rasa, kebanyakan seorang daddy tuh akan bertindak seperti ini. Tentunya dengan perlakuan yang beda-beda. Ada yang se-ekstrem Padi, ada yang santai tapi tetap awas, atau bahkan lebih barbar dari Padi? Entahlah...
At her daughter’s wedding, Padi singing this song
Tambah ambyarlah aku. Apalagi liriknya tuh lagu ngena banget.
Ah sudahlah, air mataku pun akhirnya luruh juga pada akhirnya…
Mungkin… mungkin lho ya…
Papaku emang gak seromantis Padi dalam bertindak sama anak ceweknya. Papa tipikel orang yang cuek-cuek aja, dan selalu ngasih kebebasan buat kami menentukan apa yang dimau. Tapi nih, dibalik tampang cueknya Papa, aku tau, dan perlahan memahami, ada tindakan kecil papa yang menunjukkan betapa sayangnya dia sama anak-anaknya. Terutama anak gadisnya.
Papa mungkin gak ngungkapin hal itu langsung ke aku, ataupun adikku yang cewek. No. Papa jarang banget menunjukkan perasaannya ke kami, anak gadisnya. Gengsi kali, ya? Deuu... ternyata gengsinya tak bertepuk sebelah tangan. Tapi kalau dengerin cerita mama tentang papa, beuh… those stories are often melt my heart.
Aku gak bisa ngitung sih berapa banyaknya. Contoh aja ketika salah satu anak gadisnya pergi dari rumah, Papa adalah orang yang paling gak sabaran buat hubungin anaknya. Sekedar untuk tahu mereka lagi ngapain, gimana kabar mereka dan lainnya. Emang sih di telpon suaranya tuh biasa aja. Bahkan gak sampai kayak membuncah senang banget bisa terhubung walau hanya lewat telpon. Gak. Papa stay kalem. Tapi, dibalik kekalemannya itu, siapa yang tau…
Itu baru satu, belum lagi kalau ada cerita yang awalnya "Jo, anakmu kayaknya udah siap tuh dimantu,"
Aku hanya bisa ketawa aja lihat reaksinya Papa kalo topiknya mulai bahas hal yang beginian. Kalem sih, tapi I know, ada sedikit gak relanya. Buktinya, Papa selalu bilang, ‘Ah… biarin dia kejar dulu apa yang dia mau.’
Singkat, Padat, dan Jelas. Gitulah cara papa menutupi apa yang sebenarnya dia rasakan. Tapi pernyataan itu justru semakin membenarkan anggapan susah bagi seorang ayah untuk melepas putrinya buat orang lain. Gak tau sih. Ini cuma pendapatku aja. Belum pernah ngerasain jadi ayah sih soalnya. Eh…
Aku gak kebayang aja, kalau suatu saat nanti, ketika aku atau saudara perempuanku punya jalan hidup sendiri bersama orang lain dan Papa nyanyi lagu itu. Maybe I can’t hold my tears. Jiahhh.... ternyata aku mellow juga. Padahal masih dalam bayangan.
At her daughter’s wedding, Padi singing this song
Tambah ambyarlah aku. Apalagi liriknya tuh lagu ngena banget.
Ah sudahlah, air mataku pun akhirnya luruh juga pada akhirnya…
Mungkin… mungkin lho ya…
Papaku emang gak seromantis Padi dalam bertindak sama anak ceweknya. Papa tipikel orang yang cuek-cuek aja, dan selalu ngasih kebebasan buat kami menentukan apa yang dimau. Tapi nih, dibalik tampang cueknya Papa, aku tau, dan perlahan memahami, ada tindakan kecil papa yang menunjukkan betapa sayangnya dia sama anak-anaknya. Terutama anak gadisnya.
Papa mungkin gak ngungkapin hal itu langsung ke aku, ataupun adikku yang cewek. No. Papa jarang banget menunjukkan perasaannya ke kami, anak gadisnya. Gengsi kali, ya? Deuu... ternyata gengsinya tak bertepuk sebelah tangan. Tapi kalau dengerin cerita mama tentang papa, beuh… those stories are often melt my heart.
Aku gak bisa ngitung sih berapa banyaknya. Contoh aja ketika salah satu anak gadisnya pergi dari rumah, Papa adalah orang yang paling gak sabaran buat hubungin anaknya. Sekedar untuk tahu mereka lagi ngapain, gimana kabar mereka dan lainnya. Emang sih di telpon suaranya tuh biasa aja. Bahkan gak sampai kayak membuncah senang banget bisa terhubung walau hanya lewat telpon. Gak. Papa stay kalem. Tapi, dibalik kekalemannya itu, siapa yang tau…
Itu baru satu, belum lagi kalau ada cerita yang awalnya "Jo, anakmu kayaknya udah siap tuh dimantu,"
Aku hanya bisa ketawa aja lihat reaksinya Papa kalo topiknya mulai bahas hal yang beginian. Kalem sih, tapi I know, ada sedikit gak relanya. Buktinya, Papa selalu bilang, ‘Ah… biarin dia kejar dulu apa yang dia mau.’
Singkat, Padat, dan Jelas. Gitulah cara papa menutupi apa yang sebenarnya dia rasakan. Tapi pernyataan itu justru semakin membenarkan anggapan susah bagi seorang ayah untuk melepas putrinya buat orang lain. Gak tau sih. Ini cuma pendapatku aja. Belum pernah ngerasain jadi ayah sih soalnya. Eh…
Aku gak kebayang aja, kalau suatu saat nanti, ketika aku atau saudara perempuanku punya jalan hidup sendiri bersama orang lain dan Papa nyanyi lagu itu. Maybe I can’t hold my tears. Jiahhh.... ternyata aku mellow juga. Padahal masih dalam bayangan.
Komentar
Posting Komentar