Langsung ke konten utama

Tentang Desember


 
Entah kemilau kembang api atau langit mendung yang tengah menahan hujan diluar sana, yang menemaniku melukis catatan di lembaran terakhir. Hitungan ini sudah genap setahun. Desember menjadi batasan selamat datang dan selamat tinggal.

Lalu...

Masih seperti bulan sebelumnya. Tidak mudah untuk mengungkapkan sebuah pemikiran dalam barisan kata yang tertata. Belum banyak yang berubah dari mereka untuk bisa bekerjasama.

Ah... Iya, ada sesuatu yang masih aku lupakan. Terima kasih, kepada aku, dari aku.

Terima kasih karena mau sedikit melawan ego untuk pindah dan tak berdiam di tempat. Terima kasih untuk menahan sedikit keterbatasan yang kurang menyenangkan. Terima kasih, untuk bertahan walau terpaksa. Setidaknya sudah banyak hal yang kita pahami dan pelajari bersama.

Iya, aku tahu. Hasil kita tak sepenuhnya menuntaskan rancangan sebelumnya. Tak perlu saling menyalahkan. Penyangkalanmu, dan penundaanku adalah kombinasi sempurna bagi kita untuk saling paham. Kombinasi yang juga sempurna untuk membayar suatu kelalaian. Ada harga yang harus dibayar untuk suatu kenikmatan.

Sempat saja aku berpikir bahwa semesta menyertai kita. Untuk semua hal yang berjalan lambat, dan untuk semua yang tak tepat. Iya, aku tahu. Logikaku hanya mewajarkannya saat itu. Tanpa tahu bahwa ada suatu kesesatan dalam semua yang dianggap benar.

Tetapi menggerutui hal yang sudah-sudah pun juga percuma saja. Bukankah kamu sudah merasakan dan menikmati bagaimana prosesnya? Bagaimana untuk tetap berdiri tegak dalam semua yang menggoyahkan? Bagaimana untuk berkompromi dengan risiko? Juga, bagaimana untuk melawan sedikit kenyamanan. Masih sedikit. Tetapi, belajar juga kan?

Coba kamu tengok perjalanan kita duabelas bulan yang lalu. Itupun kalau tak percaya padaku.

Tahun ini adalah tahun untuk menjadi tegas pada diri sendiri. Berkompromi tidak hanya pada teori. Mungkin juga, warna asli itu memancar. Kita yang bebal, dan penyuka kebebasan. Pada akhirnya pun perlu tunduk pada permainan yang tak selalu menyenangkan.

Ah... Selangkah lagi.

Semoga kita bisa bertahan bersama pada ikrar yang telah dilangitkan. Konsistensi, dan komitmen, masih menjadi pe-er kita nanti. Juga, waktunya untuk membumikan mimpi yang semakin melangit.

Tak perlu lebih jauh memandang hasil akhir. Yang kita perlu hanya satu langkah awal. Aku tahu, meski hatipun meragu, setidaknya kita tak pernah benar-benar sendiri. Catat saja dahulu, Dialah juga yang akan menentukan hasil akhirnya. Kalau tidak dicoba tidak akan tahu bagaimana, kan?

Ah... Ada lembaran hari baru lagi untuk berlatih. Jangan cepat puas, atau kamu akan jatuh perlahan. Jadilah versi yang lebih baik dari setahun kemarin. Sekali lagi, terima kasih untuk berusaha lebih baik walau belum maksimal.

Dan catatan tentang setahun ini, berakhir disini.

Komentar