Langsung ke konten utama

Postingan

Tentang Februari

Bila Januari adalah rencana, maka Februari menyapa dengan cerita berbeda. Tak perlu ku akui lagi pada semesta, tentangku yang masih belajar memegang komitmen. Aku tidak tahu ingin menyebutnya apa. Tak mudah memang merubah sikap yang menahun mengukungmu. Bukan dalam hitungan satu atau dua tahun, ini lebih dari itu.   Berkutat dengan segala janji, pada akhirnya, aku memilih ingkar kembali. Tak perlu mengingatkanku soal konsekuensi, sebab aku sudah tahu jawabannya. Februari ialah bulan kedua. Semua juga tahu itu. Tetapi menurutku ini bukan hanya perkara hitungan waktu. Ialah bulan kedua aku berjalan menuju perjalanan yang tumben saja aku seriusi. Sedikit tanpa arah, tak masalah. Bukankah hidup perlu proses yang panjang hingga akhirnya kamu pun matang? Melintasi hari layaknya seorang pesakitan, ini akan menjadi palu godam selama setahun. Hawa untuk berjuang itu datang kembali. Sudah berapa lama aku menghindar? Bila kemarin terbuai mimpi, inilah saatnya untuk bangki...

Catatan Hati Pada Sepintas Takdir

Photo by Ylanite Koppens from Pexels Teruntuk, Bapak, Ibu, Mas-mas, dan Mbak-Mbak sekalian… Sungguh, dimanapun kita berjumpa, ada sebuah tanya menggantung yang saya simpan rapat. Tetapi untuk saat ini saya berubah pikiran. Tanya itu tak lagi saya simpan dalam ruang hati, sebab sebuah kejadian berulang menyapa saya beberapa kali. Agaknya saya termasuk sekumpulan orang yang terkadang mempertanyakan letak keadilan di dunia ini. Bukan perkara telah diperlakukan semena-mena dalam artian sebenarnya. Ini hanyalah bentuk lainnya yang dialami sepihak saja, sebut saja saya. Ketika saya mengalami perang batin antara harus menjaga perasaan atau mengatakan yang sebenarnya, justru hal tersebut tak sepenuhnya saya dapatkan atau berimbas balik pada saya. Mengapa? Apakah ada tindakan salah yang tercermin dalam perilaku saya? Ataukah raut kebingungan yang terbaca jelas di wajah saya? Seringkali, kemanapun kaki ini melangkah, yang bisa saya lakukan adalah ...

Tentang Januari…

Photo by Jeswin Thomas from Pexels Sekali lagi aku hanyalah manusia yang mengikuti naluri sesaat. Ada sebuah bisikan yang mencegahku melepasnya begitu saja. Tentang janji, tentang komitmen yang mulai untuk ditepati.    Aku mungkin bukan orang yang semudah itu untuk terikat. Ah… tidak mudah. Entahlah. Aroma untuk bebas sesekali masih menguar dan melingkupiku. Menciptakan ruang bernama zona nyaman. Bukankah zona nyaman adalah ruang paling sulit untuk ditinggalkan? Seberapapun kamu mencoba bangkit, bukankah perlu usaha yang besar dan tekad yang kuat untuk melangkah? Tentang Januari… Sebenarnya aku tidak begitu peduli. Bukankah ia hanya satuan waktu yang pada akhirnya akan terlewati selama sisa hidupku? Ah… tidak Perasaan melankolis ini sebenarnya tak perlu untuk diluapkan. Hanya tinggal beberapa menit sebelum ia akhirnya pergi. Bila mungkin dulu aku tak peduli pada hari yang telah berlalu, entah mengapa sekarang batasan itu semakin terlihat. Waktuku...