Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Teman Lelaki

Tadinya kupikir tak ada yang istimewa dari frasa  'teman lelaki' . Jadi, tanpa mencerna maksudnya lebih jauh, aku baca saja tulisan di laman tersebut sampai tuntas. Tapi… kenapa semakin lama rasanya sangat personal, yak ? Seperti ditulis dari hati terdalam si penulis untuk seseorang yang amat istimewa. Meskipun beberapa kali kata 'teman' disebutkan, sepertinya ini bukan artian teman yang sebenarnya. Barulah aku sadari kemudian maksud sebenarnya dari frasa tersebut. Apalagi kalau bukan kekasih, atau yang lebih umum dikatakan pacar ? Iya, P.A.C.A.R . Pa-car. Aku lupa kalau ada sedikit kesenjangan bahasa mengingat tulisan tersebut hampir tak jauh beda dengan bahasa Indonesia. Sepertinya salah tangkap maksud frasa ini tak hanya terjadi sekali. Kalau diingat-ingat lagi, aku pernah terjebak dalam memahami maksud  'teman lelaki'  sebelumnya. Kejadiannya persis saat jam istirahat, salah seorang teman lelaki di kelas iseng bertanya padaku dalam bahasa Inggris,  "Do...

Sebelum Mei Berakhir...

Tanggal 26, kalau boleh jujur, butuh beberapa hari kemudian untuk mengurai kejadian yang belakangan terjadi dan menyusunnya dalam sebentuk tulisan. Tak ada gagasan pasti selama masa tersebut, semua seperti berebut untuk segera dituliskan. Ujung-ujungnya malah mengikuti kata hati untuk tetap mencatat tanggal ini, walaupun belum selesai. Alasannya ? Terlalu sendu untuk diungkapkan secara gamblang. Nanti malah tengsin sendiri dan enggan kembali untuk sekadar membaca seperti yang sudah-sudah. Semuanya berawal ketika suatu rencana yang sedikit keluar jalur di awal bulan ini. Pilihan untuk sementara bertahan, terpaksa diakhiri lebih awal dari perkiraan. Sayangnya, antisipasi untuk mengeksekusi rencana selanjutnya belum cukup matang sebagai cadangan. Situasi yang bikin runyam pikiran, seperti hidup tanpa tujuan. Surel mingguan yang setahun terakhir meramaikan kotak masuk, kali ini menjadi kawan yang paling memahami keadaan. Menuliskan sebuah kisah tentang manusia yang tergolong paling banyak ...

Catatan Ramadhan: Maaf, Aku Tak Sesuai Ekspektasi

Apa kabar Ramadhanmu kali ini? Suatu waktu, aku terpekur dalam hening atas pertanyaan selintas yang hadir. Menyadari sosok penanya yang sama, yang selalu menanyakan pertanyaan itu setiap tahunnya. Menyadari sebuah realita yang sering terjadi, tiada yang lebih perhatian selain diri sendiri. Ah, mengapa pula bertanya jika sudah tahu jawabannya? Bukankah sama-sama mengalaminya juga? Mungkin ingatan tentang apa yang terjadi dan yang sejauh ini berlalu masih terekam dengan jelas. Tetapi selama masih hidup di dunia, hukum alam akan tetap berlaku. Ingatan yang tak lama digunakan, cenderung memudar seiring waktu. Tiada yang dapat menyangkalnya, begitu pun aku. Lalu, apakah hal yang saat ini kuingat akan tetap teringat hingga beberapa tahun mendatang, misalnya 10 tahun dari sekarang? Tak ada jaminan. Jadi, terutama untukku yang membaca ini di masa depan , Ada yang aku ingin kamu tetap mengingatnya hingga nanti; Terutama tentang hikmah Ramadhan di tahun ini yang menyadarkanmu untuk tetap membum...

Sekadar Titip Jejak

Sesungguhnya tak tahu apa yang hendak aku bagikan di sini. Yang aku tahu, perlu ada sesuatu yang kutinggalkan. Sekalipun bila tak ada sesuatu yang penting di dalamnya. Hehehe… Kalau mau menjadi idealis, tentu saja aku mau meninggalkan jejak yang bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang membaca tulisan ini. Hingga aku mulai menyadari, menjadi idealis itu melelahkan sekali. Mungkin… inilah saatnya aku menanggalkan sebentar idealisme itu. Sebab kalau aku masih membiarkannya ada sekarang, kemungkinan tulisan ini akan berakhir menjadi kumpulan draft yang tak kunjung dipublikasikan. Seperti teman-temannya yang lain. Sejak tulisan terakhir yang di post di blog ini, sebenarnya sudah banyak tulisan yang mengantri untuk dituntaskan dan diterbitkan. Bentar, kesannya seperti penulis yang sangat produktif ya? Hehehe… Lonjakkan ide yang hadirnya tak terduga tanpa mengenal waktu dan tempat, menyuburkan keinginan untuk menjadikannya nyata. Ternyata aku memang seproduktif itu dalam menciptakan tar...