Langsung ke konten utama

Jomlo Perak


Pertama kali kenal istilah jomlo perak itu ketika aku masih SMA.

Tepatnya, ketika akhirnya aku punya kesempatan membaca tulisan Raditya Dika dalam Manusia Setengah Salmon. Di bagian itu, diceritakan sebuah keresahan seorang mbak yang masih saja melajang di usianya yang menjelang 25 tahun. Usia yang bagi sebagian orang dianggap ideal untuk mulai menjalani kehidupan berumah tangga. Sayangnya, jangankan berumah tangga, berpacaran saja belum pernah. Eh… tapi si mbak kuat juga yak untuk menjomlo sekian lama.😃

Kalau jaman sekarang, boro-boro menjomlo dari lahir. Jomlo baru dalam hitungan bulan aja sudah mulai mencari incaran. Bahkan sepertinya aku mulai jarang menemukan orang-orang yang belum pernah pacaran sama sekali sejak hari pertama dia ada di dunia ini, kecuali bocah SD. 😂 Eh, tapi, anak-anak sekarang cenderung cepat sih perkembangannya. Anak TK aja udah tau yang namanya cowok cakep, cewek cantik, atau mengaku naksir seseorang.

Beberapa tahun setelah membaca tulisan tersebut, ingatan tentang ‘Jomlo Perak’ kembali hadir di permukaan. Isenglah aku untuk kemudian melakukan pencarian berbekal kata-kata ini. Ternyata banyak juga yang sudah mengulas soal jomlo perak. Apakah ada curhatan terselubung di baliknya?😁

Dan… bisa diperkirakan, sampai tulisan tersebut selesai ditulis, penulisnya sebagian besar belum menuntaskan gelar kejomloannya. 😂 Tapi, mungkin sekarang keadaannya sudah berbeda. Lagipula, itu kan tulisan bertahun-tahun lalu.

Kadang suka kepikiran aja, gimana rasanya hidup tanpa punya pacar sekian lama? Kenapa bisa gak kepikiran punya pacar segitu lamanya? Apa tidak merasa kesepian karena gak ada someone special yang memperhatikan secara intensif? Apa mereka pernah merasakan jatuh cinta atau setidaknya menyukai seseorang?

Sebenarnya jomlo perak itu apa sih?

Dari kesimpulan singkatku, Jomlo Perak hanyalah sebuah istilah untuk mereka yang belum atau tidak pernah menjalani hubungan dengan seseorang selama 25 tahun. Karena peringatan 50 tahun disebutnya jubilee emas, maka setengahnya adalah silver, alias perak. Begitulah kira-kira. Betah amat ya menyendiri sekian lamanya? 😁😂😂

Memang sih, punya pacar atau tidak itu kembali ke urusan masing-masing. Lagian pacaran juga bukan hal yang wajib, kan? Kalo urusan menyalurkan kemesraan, kayaknya lebih leluasa kalau sudah ada status resmi di mata agama ataupun negara. Bahkan mau melakukan lebih dari itu juga sudah boleh, kan? 😏

Kalau kupikir secara logika sih, bukan hanya karena alasan perintah agama aja sebenarnya kenapa perlu dihindari. Tapi efek sakit hatinya itu lho, bukan main. Beruntung kalau sekalinya menjalin hubungan pacaran bisa langsung berakhir di pelaminan. Kalau gagal? Mau berapa kali patah hati lagi yang perlu dirasakan?

Apalagi ketika kita sudah mengupayakan segalanya, dan kemudian tau kalau ternyata selama ini kita hanya berjuang sendiri demi suatu hubungan. Pengalaman banget sepertinya ya, Meg? 😏

Kalau dinalar secara logika pun, aku belum menemukan alasan kenapa harus banget punya pacar. Atau… ada yang mau berbagi pendapatnya?


Mungkin itu juga kali ya, yang menjadi alasan kenapa ada juga orang yang masih bertahan dalam kesendiriannya. Ketimbang memilih cinta yang salah. Karena hati ini punya perasaan. Perasaan yang bukan untuk jadi mainan ataupun sekadar pelarian. Halah...

Tapi rasa-rasanya, kalau usiamu sudah 25 tahun dan belum pernah pacaran sampai sekarang, hmm… sepertinya hanya ada dua kemungkinan. Antara kamunya yang memang teguh pada prinsip, atau kamu belum laku-laku sampai sekarang 😜. Tapi semoga bukan karena alasan kedua ya. Biar sedikit elite gitu jomlonya. Lumayanlah, untuk menopang harga diri yang nyaris jatuh dijatuhkan orang karena kelamaan menjomlo. 😂 

Supaya kelak kamu bangga dengan sisa harga diri yang kamu punya seperti ini

Tapi… adakah seseorang tengah menghuni ruang di hati dan pikiranmu saat ini? Mungkinkah karena kamu terlalu setia sama ‘cinta dalam diam' mu itu sampai-sampai rela untuk mempertahankan kesendirian hanya untuknya seorang? Gimana kalau seandainya dia tidak punya perasaan apapun ke kamu? Dia saja mungkin tidak tahu kalau kamu mendambakannya. Hiks, pedihnya nasib.

Lupa dari mana gambar ini berasal


Anyway
, salut kepada orang yang bisa tahan godaan selama itu. Bukan perkara mudah untuk menahan diri. Buktinya, gak banyak kan orang yang masih sendiri segitu lamanya? Soal kesetiaan mah, aku rasa orang seperti ini gak perlu diragukan lagi. Menjaga status jomlo sekian lamanya aja kuat. Apalagi menjaga komitmen?

Tapi ya gitu… kudu kuat menahan godaan. Apalagi kalau godaannya berasal dari orang yang disuka. Duh… ujian jatuh cinta di luar pernikahan gini amat ya kalau mau serius menjalani kesendirian sampai menemukan yang tepat? Pantes aja berat. Antara hati yang rentan terjerat bayangnya, dan juga takut karena murkaNya.

Good luck yak, mblo 😂 


Btw, kenapa aku tiba-tiba kepikiran istilah ini?

Gak tahu. Kadang otak bisa serandom itu dalam berpikir. Hanya karena berpikir sebentar lagi ganti umur, kata-kata semacam ‘seperempat abad’ dan ‘angka perak’ mulai sering bermain dipikiranku. Termasuk pemikiranku soal ‘ada juga ya, mbak-mbak yang kuat mempertahankan kesendiriannya sekian lamanya,’ dalam Manusia Setengah Salmon tadi.

Karena ternyata…
aku pun termasuk golongan orang-orang yang lama menyendiri. Ya, meskipun ada sedikit khilafnya juga sih. Well, sepertinya kepada para teman yang menanti pajak jadian dariku harus memperpanjang kesabarannya lebih lama lagi. Entah untuk berapa lama. 😁

Komentar