Langsung ke konten utama

Ketika Kita Bertemu dalam Pelarian...


Pernah nonton Jab We Met yang diperankan oleh Shahid Kapoor dan Kareena Kapoor?

Bukan dokumen pribadi

Itu lho… film yang mengisahkan tentang pertemuan dua orang asing dalam suatu kereta yang berlanjut menjadi beberapa perjalanan setelahnya.

Sebagai salah satu film dengan genre romance, film ini sempat membuat aku terpesona dengan ide yang diusungnya. Kemudian berhalu ria, seandainya pertemuanku dan mas jodoh seindah Shahid-Kareena di film ini. 

Sepertinya jarang banget kasusnya ketemu orang asing dalam perjalanan hingga berakhir saling cocok satu sama lain. Peluangnya hampir mendekati nol. Lebih tepatnya untukku sih, yang melakukan perjalanan sendirian ke kota lain saja bisa dihitung jari. 😁

Eh, tapi… tulisan ini bukan bertujuan untuk mereview filmnya. Sama sekali bukan. Karena aku bukan pengamat yang pandai untuk menilai film.

Gara-gara menonton film ini aku jadi kepikiran, apakah melarikan diri bisa menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan masalah?

Sejauh pengamatanku sendiri, melarikan diri bukan solusi. Yang ada, semakin kita berlari untuk menghindari, semakin kuat dia menghantui. Ujung-ujungnya, percuma juga. Malah nambah-nambahin beban mental.

Tapi, mungkin melarikan diri dari masalah, adalah salah satu cara untuk mengambil jeda dari kerumitan yang dibangun pemikiran-pemikiran kita sendiri. Tsahhh 🌟

Syaratnya.... jangan kelamaan aja sih. 

Gak menutup kemungkinan ketika melakukannya, bisa saja kita menemukan inspirasi atau sudut pandang baru yang belum terlihat sebelumnya. Bisa jadi, kan?

Itupun kalau dalam pelarianmu, kamu bertemu orang yang bisa membantu untuk setidaknya memberi pencerahan terhadap apa yang sebaiknya kamu lakukan. Kalau gak ketemu, ya sudah. Gak ada pilihan lain selain sudahi pelarian, tenangkan diri, dan hadapi masalah itu dari hal yang kecil yang bisa dilakukan. Sebab rasa-rasanya peluang yang satu ini nyaris nihil. Ada sih, tapi kemungkinannya kecil. Kecuali kalau rela menghabiskan seluruh waktu untuk penantian yang entah kapan atau mungkinkah terjadi ini.😂

Beruntungnya, Adit (Shahid Kapoor) ataupun Geet (Kareena Kapoor), sama-sama menemukan orang yang tepat dalam pelarian mereka. Suatu kebetulan? Aku rasa tidak, sebab sudah diatur oleh penulis skenarionya 😁. Tapi, bayangkan saja kalau kamu di posisi mereka (yang tidak tahu bahwa ini hanya sebuah adegan film) dengan segunung rasa frustasi dan bertemu orang asing, yang darinya kamu menemukan inspirasi untuk menghadapi masalahmu.

Jumpa awal di kereta. Lagi-lagi bukan dokumen pribadi.

Bagaimana seorang Adit yang sebelumnya kaku dan selalu nampak tertekan di awal scene film berubah jadi lebih santai, nothing to lose plus, sedikit pecicilan (karena ketularan) dalam menghadapi setiap hal. Bagaimana seorang Geet yang selalu impulsif terhadap segala keinginannya, yang pada akhirnya malah jadi malapetaka baginya, harus bangkit dan menyudahi pelariannya.

Memang bukan hal yang mudah ketika berada dalam titik terendah kehidupan. Apalagi seperti gak tahu arah selanjutnya bagaimana. Tapi, wajar saja, kan? Sebab kita bukan makhluk yang bisa memprediksi segala hal yang akan terjadi.

Ada satu scene yang cukup membekas sepanjang aku menonton film ini, yakni setelah Geet melarikan diri sekian bulan lamanya. Somehow, aku bisa relate gimana campur aduknya perasaan Geet untuk kembali menghadapi keluarganya setelah lama menghilang. Antara memang sudah waktunya untuk kembali dan tak bisa menunda lagi, sekaligus bingung untuk menjelaskan ‘pelarian’ yang kelamaan itu. Tapi ketika Adit dengan kalemnya berkata, ‘tidak akan ada yang akan mengingat waktu selama (pelarian) ini, Geet,’ aku merasa seperti tertampar realita.

Sekilas, sepertinya sia-sia, ya? Menghabiskan waktu sekian lama untuk bersembunyi, mengasingkan diri, atau melarikan diri, atau whatever you named it. Apesnya, gak akan ada yang benar-benar peduli, bagaimana kita bertaruh dengan perasaan dan kesulitan yang kita hadapi. Gak akan ada yang peduli bagaimana kita bertaruh dengan waktu untuk bisa berdamai dengan keadaan dan menerima segala yang terjadi dan ditakdirkan hadir dalam hidup. 

Tapi, sebenarnya gak sia-sia juga sih. Bisa tetap waras saat menghadapi tekanan hidup dan mengambil hikmah dari pelajaran yang sudah-sudah bukankah suatu hal yang patut disyukuri? Bisa sampai di titik untuk menerima pun juga Alhamdulillah. Tergantung kemampuan masing-masing aja. Namanya juga proses, meskipun memakan waktu yang cukup lama.  

Sisi baiknya, semua juga mengalaminya. Jadi, percayalah, kamu gak sendiri. Karena semua punya giliran untuk mengalami.

Hanya saja, itu. Sebaiknya jangan terlalu lama melarikan diri ya? Berat, tau. Beban mental pula.


Komentar