Langsung ke konten utama

Hujan Bulan Desember


Hai, hujan… 

Lama tidak melihatmu membasahi bumi. Aku senang karena pada akhirnya kamu datang jua. Terima kasih, karena hari ini kau kembali menyapa bumi yang semakin gersang semenjak kepergianmu. Kamu pergi. Tersembunyi rapat di gugusan awan yang selalu menaungi langit kota.

Tahukah kamu seberapa rindu aku melihatmu lagi?

Aku merindumu
Merindukan aroma petrichor setelah kau puas menyapa bumi. Menyapaku disini.

Aku merindumu
Merindukan berbagi cerita denganmu dibawah derasnya air yang turun

Aku merindumu
Dengan sebatang pena, selembar kertas, dan kepulan asap kopi di pinggir jendela kamarku

Aku merindumu
Merindumu menumpahkan cerita kerinduan terhadap bumi

Lihatlah, tidak hanya aku yang merindumu. Bahkan ranting-ranting itu menyambut sapaanmu dengan riang. Alam raya pun menyambut kepulanganmu. Puji syukur tak lepas kupanjatkan. Karena kamu, salah satu nikmatNya yang aku nantikan. Berkat cintaNya lah kita kembali dipertemukan. Di sini. Di bumi ini. 

Kau tau? Aku memang tidak akan pernah bosan untuk menikmati keindahan yang kau tunjukkan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Betapa Maha Pengasihnya Ia. Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang...

Hai, hujan…

Sapalah bumi yang semakin renta ini. Lihatlah… betapa dahsyatnya akibat kepergianmu. Ganasnya kekeringan meluluhlantakan harapan. Siramilah tanah yang retak itu...  Bagilah kesejukkanmu.

Hai, hujan...

Terima kasih telah datang memberikanku semangat baru. Terima kasih telah datang tanpa membawa amarahmu. Hanya menyapa bumi yang haus akan kesejukanmu. Datanglah kembali, jangan pernah bosan untuk menyapa kami kembali. Aku akan kembali menunggumu.




Komentar