Lama sekali rasanya aku tidak bertemu denganmu. Bagaimana
keadaanmu kini? Ah… aku lupa. Kamu tetaplah kamu. Tak berubah sekalipun. Hanya
saja aku yang berbeda dan mulai meninggalkanmu. Mungkin aku jahat. Memang, aku jahat padamu.
Aku tidak lagi menyediakan waktu untukmu. Aku hanya memikirkan diriku sendiri.
Teruntuk kamu yang masih berada disana,
Kalau saja temanku tidak menceritakanmu padaku, mungkin aku juga tidak akan mengingatmu. Apalagi sampai menulis seperti ini. Kamu adalah bagian dari masa laluku. Bukankah tidak baik terlalu sering menatap masa lalu untuk bisa melangkah maju?
Kalau saja temanku tidak menceritakanmu padaku, mungkin aku juga tidak akan mengingatmu. Apalagi sampai menulis seperti ini. Kamu adalah bagian dari masa laluku. Bukankah tidak baik terlalu sering menatap masa lalu untuk bisa melangkah maju?
Tetapi kemudian aku tersadar. Bukan berarti kamu akan
selamanya berada di sana, di masa laluku. Bisa saja kamu menjadi bagian dari masa depanku
yang masih misteri. Ah iya, tidak seharusnya aku benar-benar melupakanmu bukan?
Maafkan aku, yang kini kembali mengingatmu. Aku benar-benar lupa jika hukum
alam berlaku. Tentu saja, aku tidak ingin kamu menyakitiku seperti yang kulakukan padamu. Mungkin terdengar egois, tetapi begitulah kenyataannya. Aku
benar-benar takut jika itu menimpaku.
Teruntuk kamu yang kini tengah terdiam,
Bagaimana aku mulai menceritakannya? Hidupku kini dipenuhi oleh hal-hal baru. Dimana aku merasa inilah saatku untuk memilih, termasuk meninggalkanmu. Sebenarnya itu bukan pilihanku. Tetapi kau tahu kan, jika aku tak lagi bisa menyapamu sesering dulu?
Bagaimana aku mulai menceritakannya? Hidupku kini dipenuhi oleh hal-hal baru. Dimana aku merasa inilah saatku untuk memilih, termasuk meninggalkanmu. Sebenarnya itu bukan pilihanku. Tetapi kau tahu kan, jika aku tak lagi bisa menyapamu sesering dulu?
Tugas-tugasku menyita perhatianku. Maafkan aku yang tak lagi datang kepadamu, menghabiskan waktu bersama, tertidur bersama hingga pagi menjelang. Dulu, dulu sekali kita sering melakukannya bukan?
Jujur saja, aku merindukanmu. Memori-memori tentang
kita seketika berputar lagi dalam otakku. Aku ingat saat malam-malam penantian itu,
aku selalu memegangmu, memelukmu, hingga membawamu ke alam mimpiku. Aku selalu terfokus denganmu.
Bahkan dulu, aku menjadi terkenal itu juga karenamu. Orang lain pun tahu,
jika sudah menyangkut tentangmu, serahkan saja padaku.
Sudah berapa lama aku tidak terdiam memahamimu? Sudah berapa
lama kita tidak menghabiskan waktu bersama? Sudah berapa lama aku tidak
membawamu kemanapun aku pergi? Sudah berapa lama kamu tidak lagi aku mengerti
dan aku garis bawahi?
Sudah sangat lama sekali rasanya…
Aku rindu
menghabiskan waktu bersamamu. Aku rindu untuk memahamimu. Aku rindu untuk
mencorat-coret tubuhmu. Aku rindu untuk tertidur bersamamu hingga pagi
menjelang. Aku rindu untuk mengucapkan setiap definisi darimu dan membiarkannya terekam dalam memoriku.
Aku rindu untuk membukamu kembali. Tangan ini rindu untuk membuka halaman-halaman
dirimu.
Teruntuk kamu yang terdiam di pojok sebuah ruangan,
Bagaimana rasanya berdiam di sana dalam waktu yang lama? Bagaimana keadaanmu? Pasti sudah berdebu bukan? Tetapi coretan-coretan itu masih bertengger disana. Tidak akan pernah hilang kecuali luntur terkena air. Aku tidak akan pernah membiarkanmu basah. Karena aku tidak ingin coretan itu hilang.
Bagaimana rasanya berdiam di sana dalam waktu yang lama? Bagaimana keadaanmu? Pasti sudah berdebu bukan? Tetapi coretan-coretan itu masih bertengger disana. Tidak akan pernah hilang kecuali luntur terkena air. Aku tidak akan pernah membiarkanmu basah. Karena aku tidak ingin coretan itu hilang.
Biarlah coretan itu menjadi kenanganmu denganku. Karena
suatu saat nanti, pasti aku akan membutuhkanmu. Pasti aku akan kembali mendatangimu.
Pasti aku akan kembali menghabiskan waktu denganmu hingga pagi menjelang. Pasti
aku juga kembali untuk membacamu. Lihat saja nanti.
Tunggu aku menjemputmu...
Komentar
Posting Komentar