Langsung ke konten utama

Dialog Malam


Malam…

Aku ingat sekali. Dulu, saat aku masih mengharapkannya, aku selalu bercerita denganmu. Bercerita tentangnya. Membiarkan angin ikut menyimak rahasia antara kita dan berharap ia akan menyampaikan pesanku padanya.

Aku tidak pernah tau, apakah angin telah menceritakan semua padanya atau bahkan tidak pernah menyampaikannya. Yang jelas, aku berharap sekali suatu saat dia akan tahu apa yang aku rasakan. Setiap pagi aku terbangun, aku selalu berharap bahwa akan ada keajaiban yang terjadi antara kami nanti.

Hanya dengan menatap matanya, aku bahagia
Hanya dengan memperhatikannya membaca buku, aku bahagia
Hanya dengan menyapanya, aku bahagia
Hanya dengan ia tersenyum kepadaku, aku bahagia

Ya… bahagia hanya karena hal kecil yang dilakukannya. Tetapi aku tidak pernah tahu arti dari perasaan itu. Entah karena aku yang tidak mau mengakui kalau aku jatuh padanya, atau mungkin karena aku yang begitu naïf.

Tetapi sayangnya keajaiban yang aku tunggu tidak pernah ada. Hingga saat aku harus berpisah dengannya. Tetapi aku masih bercerita tentangnya bukan? Bahkan berulang kali ia menghampiriku. Hanya dalam mimpi memang.

Malam…

Saat itu rasanya berat sekali untuk melupakannya. Aku enggan untuk melepasnya dalam hatiku. Tetapi aku tahu, ia mungkin tidak merasakan hal yang sama padaku. Angin mungkin tidak menyentuh hatinya dengan ceritaku. Hingga akhirnya, aku pun mulai meninggalkannya dengan perlahan. Karena percuma bagiku untuk mempertahankannya.

Malam…

Entah sudah berapa lama hal itu terjadi. Dulu, saat aku mencoba untuk melupakannya, rasanya susah sekali. Bayangnya selalu mengusikku. Kamu tahu sendiri kan, bagaimana putus asanya aku bercerita denganmu tentang hal itu? Bahkan kamu pun mengamati bagaimana raut wajahku saat itu. Memalukan memang jika mengingatnya kembali.

Malam…

Setelah memerlukan waktu dalam hitungan tahun, aku berhasil melupakannya. Kini aku kembali lagi. Dengan ceritaku yang baru. Perjalananku mengenal Sang Maha Cinta. Aku baru mendapatkan jawaban-jawabanku selama ini. Bahwa selama ini Ia mencemburuiku. Ia tidak ingin aku dengan yang lain. Maka ditimpalah aku dengan pedihnya pengharapan. Seharusnya aku tidak mengharapkannya. Seharusnya aku lebih mengejar cinta-Nya.

Malam…  

Kini ku pasrahkan semua padaNya. Hanya Ia yang punya jawaban atas segala pertanyaanku. Tentangnya, aku hanya bisa mendoakannya dari jauh. Semoga ia baik-baik saja. Tentang seseorang yang membuatku beralih dari bayangnya, yang sempat membuatku berharap pula, aku pun melakukan hal yang sama. Berdoa demi kebaikannya. Dan tentang seseorang yang masih dirahasiakanNya, semoga ia baik-baik saja. Kelak, bagaimanapun jauhnya, kita pasti akan didekatkan. Tunggu saja


Komentar