Bila Januari adalah rencana, maka Februari menyapa dengan cerita berbeda. Tak perlu ku akui lagi pada semesta, tentangku yang masih belajar memegang komitmen. Aku tidak tahu ingin menyebutnya apa. Tak mudah memang merubah sikap yang menahun mengukungmu. Bukan dalam hitungan satu atau dua tahun, ini lebih dari itu. Berkutat dengan segala janji, pada akhirnya, aku memilih ingkar kembali. Tak perlu mengingatkanku soal konsekuensi, sebab aku sudah tahu jawabannya. Februari ialah bulan kedua. Semua juga tahu itu. Tetapi menurutku ini bukan hanya perkara hitungan waktu. Ialah bulan kedua aku berjalan menuju perjalanan yang tumben saja aku seriusi. Sedikit tanpa arah, tak masalah. Bukankah hidup perlu proses yang panjang hingga akhirnya kamu pun matang? Melintasi hari layaknya seorang pesakitan, ini akan menjadi palu godam selama setahun. Hawa untuk berjuang itu datang kembali. Sudah berapa lama aku menghindar? Bila kemarin terbuai mimpi, inilah saatnya untuk bangki...