Langsung ke konten utama

Hasrat yang Bertolak Belakang


Tangan ini ingin menulis. Menulis apa saja yang ada di benak pengarangnya. Ia tidak peduli. Meskipun penulisnya sedang tidak memiliki inspirasi untuk diceritakan. Keras kepala? Memang. Kurang kerjaan? Apalagi. Sebenarnya banyak tugas yang menanti untuk dikerjakan. Tetapi tangan ini enggan meninggalkan tugasnya saat ini.

Sang penulis sudah mulai bingung apa yang akan diperintahkan pikirannya pada tangannya untuk bercerita. Namun, tangannya tidak mau menyerah. Tidak bisa menulis cerita, tidak apa-apa. Yang penting ia bisa menulis. Paling tidak satu kata saja. Sang penulis masih saja bingung bagaimana ia harus mengendalikan hasrat tangannya ini.



Ia tidak punya bahan atau ide untuk dituliskan. Ia mencoba untuk berpikir apa yang akan diceritakannya. Matanya memandang kosong. Otaknya sibuk mencari kata kunci dan merangkainya menjadi satu. Tangannya masih sibuk menggenggam pulpen. Mengetuk-ngetukkannya di atas meja. Tak lama kemudian ia bertopang dagu.

Masih dengan tatapan yang sama. Sementara itu jarum jam tetap bergerak. Meninggalkan detik demi detik, dan menit ke menit. Jawaban yang ia dapatkan masih sama. Tak ada inspirasi. Matanya perlahan-lahan mengatup. Tetapi kemudian, ia membuka matanya kembali.

Ia belum ingin tidur sekarang. Ia benar-benar jenuh. Bingung dengan apa yang hendak ia tulis. Sementara itu, tangannya masih tidak bisa dikendalikan.


Komentar