Langsung ke konten utama

Hallo, Desember


Akhirnya.

 

Kata itu yang ada dipikiranku pertama kali untuk memulai tulisan di sini. Ini berarti, genap sudah ceritaku untuk setiap bulannya dalam setahun. Sejujurnya, aku tidak pernah berpikir untuk mendokumentasikan seluruh kejadian ini dalam cerita bulanan. Sebab setiap waktu yang berlalu, mungkin masih menyimpan arti yang luput dari perhatianku.

Tidak apa. Tidak semua hal harus dimengerti saat itu juga, kan?

Tetapi terkadang, mengendalikan pikiran untuk berhenti bertanya ‘bagaimana jika..’ itu sulit sekali. Sesekali (mungkin juga seringkali) aku masih kalah untuk memegang kendali.

Ya, aku memang tak pernah berniat untuk bercerita tentang apa saja yang kulalui. Tetapi, hati bisa saja berubah. Nyatanya, aku pun luluh untuk menuliskannya walaupun aku yakin sepenuhnya bahwa catatan ini masih jauh dari sempurna. Sebab bukan perkara mudah untuk menuangkan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan ke dalam bentuk sebuah tulisan. Belum lagi kalau didera penyakit lupa. Ketika apa yang dipikirkan hanya singgah untuk sementara walaupun justru ia yang memegang catatan pentingnya.

Alasan lainnya, aku butuh untuk mengingat kembali apa saja yang aku lalui dengan ingatan yang terbatas ini. Bukan untuk pamer, atau tidak bisa beranjak dari masa lalu. Tidak. Aku hanya ingin mensyukuri tentang apa saja yang sudah terjadi jika suatu saat nanti ada yang menanyakan momen apa yang berkesan untukmu selama ini? atau pertanyaan serupa seperti apa saja yang sudah kamu lalui?

Kalau sudah begitu, aku hanya menjawab berdasarkan apa yang paling aku ingat. Seringnya, malah gambaran tentang diri sendiri yang masih perlu banyak hal untuk berbenah. Dan jawaban itu, seringnya membuatku memandang negatif pada diriku sendiri.

Tidak masalah sebenarnya. Ini juga sekaligus menjadi cambukan untuk lebih semangat berbenah. Tetapi di lain sisi, aku jadi lupa untuk bersyukur tentang nikmatnya belajar di tengah kegagalan. Setidaknya, menghargai bagaimana aku berproses di dalamnya.

 

 

Tulisan-tulisan itu maunya kuabadikan dalam format surat untuk masa depan. Bukan hanya tentang hidupku, tetapi juga apa yang biasa terjadi dalam bulan-bulan itu. Tapi, sepertinya masih jauh dari harapan. Bahkan setelah membacanya ulang aku tak paham mengapa tulisannya seabsurd itu.

Ah, setidaknya aku sudah berusaha untuk konsisten hadir di setiap bulannya kan? Walaupun ada juga tulisan yang aku catatkan tanggalnya saja tetapi isinya menyusul. 

 

 

Setelah ini, aku tidak tahu. Apakah akan tetap mendokumentasikan cerita selama sebulan, atau mungkin tidak perlu. Hehehe…

Memang catatan ini khusus untuk aku sendiri. Tetapi, kadang kala rasa bosan datang dan menggoda untuk segera meninggalkan apa yang aku mulai sebelum tuntas. Kadang, ia juga menghampiri ketika harus membaca lagi catatan-catatan itu. Ah, kenapa sih godaan itu tidak pernah mudah?


 

https://www.instagram.com/anniees.letters

 

Baiklah. Tentang Desember, 

Adakah yang sepakat denganku bahwa bulan ini surganya liburan? Liburan akhir semester, hari raya, juga pergantian tahun. Lengkap sudah. Aku sudah cukup banyak menghabiskan waktu liburanku. Jauh sebelum Desember tiba malah. Tapi, entah kenapa libur di bulan Desember memang berbeda. Tidak peduli seberapa banyak kamu menghabiskan waktu untuk beristirahat dari rutinitas.

Ramai orang juga sibuk menyusun rencana. Entah rencana untuk berlibur ke suatu tempat, atau mungkin tentang goals yang akan dicapai untuk setahun ke depan. Tidak ada yang tahu, bahkan si pembuat rencana sendiri, apakah goals itu akan terlaksana, atau berakhir wacana kembali seperti yang sudah-sudah. Bila berpikir seperti ini, memang tidak ada pembuat rencana terbaik selain Dia.

 

 

Bagaiamana denganku? 

Hmm, sejujurnya aku masih ragu dengan diriku sendiri. 

Iya. Aku tahu, keraguanku itulah yang bisa saja menghambatku dalam mewujudkan beberapa rencana di tahun yang akan datang. Tetapi begitulah, bertarung dengan diri yang masih saja mudah beralih fokus dan terlalu banyak mau yang dikerjakan hingga lupa tujuan awal menjadikan permasalahan ini sebagai pertarungan terbesar sepanjang tahun nanti.

Ada beberapa hal yang singgah di saat menyusun rencana seperti ini. Pertama, meyakinkan diri sendiri. Kedua, menggali mimpi dan tujuan yang hendak dicapai (self discovery). Ketiga, ah, menata perasaanku sendiri. Bukan soal kebahagiaan saja, Desember juga sekaligus menjadi bulan melankolis untuk aku yang susah untuk meninggalkan suatu hal. Dan seperti yang sudah terjadi, ketiga hal ini, kalau tidak kukendalikan dengan baik akan membawaku menuju pemikiran panjang tak berkesudahan.

Lelah sih, terus bergumul dengan sesuatu yang berada dalam diri serta tak terlihat. Tetapi bukankah demikian hidup berjalan? Ah… andai saja ada tombol untuk berhenti sejenak, ataupun lanjut kembali. Mungkin sudah ribuan kali aku tekan.

 

Baiklah, saatnya menyambut catatan yang baru. Selamat tinggal 2020! Terima kasih banyak untuk pelajaran hidup selama ini.

 

Komentar