Langsung ke konten utama

Hallo, November


Hitungan kali ini membuatku sadar hanya tinggal 31 hari lagi untuk meninggalkan tahun ini. Tahun yang katanya memberi banyak pelajaran, terutama untukku sendiri. Di luar sana, musim pun juga lebih terang-terangan berganti. Hujan turun lebih sering belakangan ini. 


Ah... Tidak.


Ini bukan catatan soal hujan. Bukan pula gambaran perasaanku yang menjadi melankolis ketika hujan turun. Aku tidak berniat meromantisasi hujan dengan sebait puisi untuk saat ini. Biar saja ia tidak tertulis. Biar saja ia tercatat rapi dalam benakku. Biar saja rasaku berujar sendiri dalam hampanya tentang hujan yang kini terjadi. Ah, kenapa aku jadi menjabarkannya sekarang?
 

Baiklah, catatan ini adalah catatan kesebelas dalam tahun ini mengenai suatu bulan. 



 

Ada apa dengan November?


Sebenarnya, tidak ada suatu hal yang istimewa di bulan ini dalam pandanganku selain pergantian musim yang aku nikmati. Selebihnya… tidak ada. Novemberku masih sama seperti bulan-bulan lainnya. Tentang aku yang masih berjuang. Aku yang berdiam di tengah segala kebingungan. Aku yang masih mencari makna. Dan aku, yang juga masih mencoba membuat rencana (walau tak tahu kapan akan terlaksana). 

Berusaha menepati janji, terlebih yang dibuat untuk diri sendiri itu begitu sulit. Cenderung mudah untuk ditoleransi. Cenderung mudah untuk dihindari. Cenderung mudah untuk memberi celah pemakluman pada diri sendiri di balik kamu gak akan sanggup untuk mengerjakan semuanya saat ini juga.

Terlihat menenangkan bukan? Tetapi entah mengapa ini menjadi senjata makan tuan bagiku.

Di baliknya, ada sekian tugas yang seharusnya selesai, masih menjadi pe-er untuk keesokan harinya. Ada rencana yang seharusnya bisa dikerjakan esok, tertunda lagi untuk keesokannya karena hari ini digunakan untuk membayar pe-er kemarin. Begitu saja terus. Lalu menyesal. Lalu berjanji untuk tidak mengulangi. Lalu kembali menyusun lagi. Lalu kembali berulang. Dan seterusnya, entah sampai kapan.



Eh… tunggu sebentar, apa segitu tidak spesialnya November?


Hmm… Tidak juga.

Banyak orang yang mengaitkannya dengan memperingati hari pahlawan setiap tanggal 10 November. Sebab beberapa dekade silam, atas nama kemerdekaan yang baru saja dirasakan negeriku, sebuah pertempuran kembali terjadi. Beberapa jiwa yang mengambil peran pun harus rela berpisah dengan raga demi kedaulatan yang baru saja diraih. Karenanya, bertahun-tahun kemudian, pertempuran di hari itu diperingati untuk mengenang mereka yang gugur sebagai pahlawan.

Untuk saat ini, selain mengenang mereka yang telah pergi, hari Pahlawan juga diperingati untuk mengapresiasi mereka yang menjadi pahlawan dalam kehidupan. Orangtuanya kah, tetangganya, sahabatnya, gurunya, atau siapapun yang memberi arti bagi kehidupan mereka. Seseorang yang berjasa dalam kehidupan yang lengkap dengan gulita.

Hei…

Beberapa tahun terakhir aku juga mengamati bahwa selain hari ibu, ada juga hari spesial yang diperingati untuk para ayah. Salah satu pahlawan yang hadir dalam keseharian. Seorang yang rela bersusah payah demi kenyamanan keluarga. Sesosok yang menjadi panutan lebih dari film-film superhero yang lengkap dengan khayalnya. Sebab figurnya nyata ada. Walau mungkin yang dilakukannya terlihat sederhana di mata orang lain.

Entah sejak kapan ini dijadikan suatu peringatan, tetapi sejak ku kecil dulu, aku tidak menjumpainya. Sekarang, bukankah semakin mengental nuansa pahlawan itu dalam bulan ini?


Lalu bagaimana denganmu? Siapa pahlawan yang berjasa bagimu?


Komentar