Langsung ke konten utama

Hallo, Oktober



Bagaimana? Apa ada catatan khusus?


Sebentar, biar aku gali kembali memori kedelapan ini. Ah, sepertinya ada yang salah. Meskipun kata ‘octo’ dalam beberapa bahasa berumpun roman berarti delapan, sejatinya ini sudah hitungan kesepuluh. Kurang dua bulan lagi, maka hitungan kembali tergenapi. 

Terakhir kali bermain, ada satu hal yang baru kuingat tentang bulan ini. Di belahan bumi bagian sana, dimana aku tidak menetap di dalamnya, bukankah penghujung bulan ini cukup menjanjikan nuansa horor seperti halnya malam satu suro dalam kebudayaan Jawa? Eh… entahlah. 

Karena sejatinya, aku tidak pernah melaluinya. Sekali lagi, aku hanyalah seorang pengamat. Mendekorasi saja (dalam permainan) bagiku sudah cukup untuk menyimpulkan seberapa horor malam itu nanti. Lalu, apa kabarnya jika ini bersamaan dengan malam satu suro? Malam yang sebenarnya horor, tetapi bisa menjadi sesuatu yang seru juga. Sepertinya.

Yang aku ingat, bulan ini erat kaitannya dengan bahasa. Bulan Bahasa, terjadi di bulan ini kan? Seingatku, bahasa adalah alat komunikasi yang universal untuk mengungkap suatu makna atau penalaran seorang individu agar seseorang yang dengannya kita berbicara paham dengan maksud yang disampaikan. Cieileh, yang ketahuan belajar pas di kelas. Tapi jangan ditanya sumbernya mana. Sebab, selain pelupa, aku juga makhluk yang ceroboh dalam mengutip. Karenanya, sampai sekarang masih saja berlatih dan belum lulus untuk bagian ini.

Seingatku juga pada bulan bahasa ini, ketika jamannya masih sekolah dulu, selalu saja ada lomba yang dilakukan. Berpidato, membaca puisi, musikalisasi puisi, mendongeng, dan juga beberapa lomba menulis seperti puisi, cerita pendek, dan esai. Maka, jangan salahkan bila sesuatu dalam bulan ini tersusun dalam benakku menjadi waktunya untuk lebih bebas merangkai ekspresi dalam suatu karya, utamanya karya sastra. Aih.. puitis nian awak ni. Pandai pula banyak cakap.

Seharusnya begitu sih. Sayangnya, aku baru menyadari hal itu tepat di pertengahan bulan. Di masa sedang sibuknya mencari dan menjejaki realita. Di masa sedang lesu-lesunya untuk bercerita. Sedang menjauh dari apapun yang berbau mencatat untuk membebaskan rasa yang terkurung dalam ruang disana.

Buku catatan yang kering dengan cerita pada hari-hari dalam Oktober. Aplikasi notes -ruang menulis tambahan- ketika ide dadakan menyusup yang menanti untuk dirangkai dan dituliskan, kini seolah penagih hutang yang patut untuk dihindari. Juga beberapa sarana menulis lain (email) yang dihindari. Kalau saja tidak ingat dengan janji untuk rutin mengisi blog walaupun hanya satu tulisan saja, sudah pasti tidak akan ada cerita apapun dalam bulan ini disini. Padahal, andai saja bisa memberontak, ruang disana menuntut pelarian setiap menitnya. Waktu-waktu yang berlalu seolah menjadi tuntutan bagiku untuk membayar hutang.

Jangan tanya aku kenapa. Aku pun juga tidak mengerti. Berlari dari tanggung jawab, meskipun membawa konsekuensi yang berat, nyatanya masih saja terasa nikmat. Walaupun tidak banyak. Tetapi, adakah yang bertanya?


Ngomong-ngomong, aku baru tahu. Kemarin adalah suatu hari peringatan untuk blogger nasional. Ya… walaupun aku sangat jarang untuk memposting tulisan disini, anggap saja tulisan ini untuk memperingatinya, sekaligus sebagai hutangku menulis di bulan ini. Tak apa kan? Ah, ya… selamat memperingati hari sumpah pemuda juga.

Komentar