Kalau boleh, untuk saat ini aku hanya ingin tertawa. Bukan karena satu episode sedih yang menguras emosi tengah aku hadapi dan aku ingin melarikan diri darinya. Malah kebalikannya, hidupku seolah tanpa emosi yang menggejolak. Ia sedang dalam ritme yang datar untuk menghadapi tantangan dan cerita baru.
Mungkin akan terlihat
sedikit angkuh, ataupun sedikit sarkastis. Seolah akulah manusia yang paling
benar di dunia ini. Tetapi peduli apa? Percuma juga menjelaskan tentang tujuan
tersirat yang ingin kusampaikan. Perihal manusia dengan segala kejadiannyalah
yang membuatku seperti ini.
Bukan karena aku
kehabisan bahan untuk mengurusi hidupku sendiri. Tidak seperti itu. Hanya saja
setiap ceritanya punya kaitan terbaru dengan orang yang berbeda. Orang berbeda
yang membawa cerita berbeda.
Tentang mereka yang
bergerak gelisah pada hal yang sebenarnya sederhana. Aku tidak mengerti
mengapa. Mungkin pula karena aku yang tidak pernah benar-benar memahami alur
pikiran mereka. Aku hanya bisa menahan tawaku ketika melihat mereka yang
bergerak panik pada hal yang sebenarnya tak perlu dikhawatirkan. Atau aku kah
disini yang kurang peka, dan terlihat tak peduli serta menggampangkan masalah?
Mungkin saja.
Lalu pada bait lainnya
tentang mereka yang kukuh pada pendirian tetapi tak pernah memahami makna didalamnya.
Ah, aku tak mengerti bagaimana menjelaskannya. Teringat nasihat seorang tua
yang pernah kujumpai bercerita tentang makna
pemahaman. Pendirian yang kuat seharusnya tak mudah untuk mengombang-ambingkan
keputusanmu bila kamu memahami dasarnya.
Tetapi yang kulihat
dan kurasakan berbeda. Beberapa kujumpai melarangku mengambil tindakan.
Nada-nada penolakkan dengan suara sedikit meninggi turut berperan didalamnya,
menyihirku untuk tetap membatu. Namun ketika kutanya mengapa, tak ada yang
dapat menjelaskannya. Mereka kah yang menelan tanpa mencernanya, atau akulah
yang terlalu bodoh untuk mengetahui jawabannya? Mungkin saja demikian.
Cerita lainnya tentang
seseorang yang sebenarnya tidak pernah peduli. Menelantarkanku mencari tujuan
bersama yang seharusnya dapat dilakukan dengan kerjasama. Panggilanku tak
terjawab. Mereka seolah hilang ditelan bumi dalam keadaan hidup-hidup. Tak ada
uluran tangan yang membantu dalam menyelesaikannya selain aku yang harus
berdiri pada kakiku sendiri.
Mirisnya, ketika
seorang datang menawarkan imbalan, barulah mereka keluar dari persembunyiannya.
Berlagak seolah mereka tak pernah meninggalkanku barang sedikitpun. Bertingkah
seolah itulah hasil kerja keras mereka. Lalu dengan tipu dayanya, hal yang
mereka dapatkan setara denganku bahkan lebih tinggi. Sang pemberi imbalan lebih
terpukau pada keahlian semu yang dilihatnya. Sayang sekali.
Bagaimana aku tidak
tertawa? Pandai sekali mereka memainkan drama. Lakon yang sangat asing tetapi
nyata sekali. Ini sandiwara seperti apa? Apakah aku sang aktor yang
satu-satunya tak mengetahui jalan cerita? Membiarkan penonton melihat tingkah
bodohku yang tak sesuai dengan alur yang harus aku perankan?
Ah… aku ingin tertawa.
Menertawakan kekonyolan yang tengah kuperbuat. Juga mereka yang kompak sekali
memecah konsentrasi sehingga perhatianku teralih.
Komentar
Posting Komentar