Langsung ke konten utama

Di Balik Sebuah Pentas...


Kalau boleh, untuk saat ini aku hanya ingin tertawa. Bukan karena satu episode sedih yang menguras emosi tengah aku hadapi dan aku ingin melarikan diri darinya. Malah kebalikannya, hidupku seolah tanpa emosi yang menggejolak. Ia sedang dalam ritme yang datar untuk menghadapi tantangan dan cerita baru.

Mungkin akan terlihat sedikit angkuh, ataupun sedikit sarkastis. Seolah akulah manusia yang paling benar di dunia ini. Tetapi peduli apa? Percuma juga menjelaskan tentang tujuan tersirat yang ingin kusampaikan. Perihal manusia dengan segala kejadiannyalah yang membuatku seperti ini.

Bukan karena aku kehabisan bahan untuk mengurusi hidupku sendiri. Tidak seperti itu. Hanya saja setiap ceritanya punya kaitan terbaru dengan orang yang berbeda. Orang berbeda yang membawa cerita berbeda.

Tentang mereka yang bergerak gelisah pada hal yang sebenarnya sederhana. Aku tidak mengerti mengapa. Mungkin pula karena aku yang tidak pernah benar-benar memahami alur pikiran mereka. Aku hanya bisa menahan tawaku ketika melihat mereka yang bergerak panik pada hal yang sebenarnya tak perlu dikhawatirkan. Atau aku kah disini yang kurang peka, dan terlihat tak peduli serta menggampangkan masalah? Mungkin saja.

Lalu pada bait lainnya tentang mereka yang kukuh pada pendirian tetapi tak pernah memahami makna didalamnya. Ah, aku tak mengerti bagaimana menjelaskannya. Teringat nasihat seorang tua yang pernah kujumpai  bercerita tentang makna pemahaman. Pendirian yang kuat seharusnya tak mudah untuk mengombang-ambingkan keputusanmu bila kamu memahami dasarnya.

Tetapi yang kulihat dan kurasakan berbeda. Beberapa kujumpai melarangku mengambil tindakan. Nada-nada penolakkan dengan suara sedikit meninggi turut berperan didalamnya, menyihirku untuk tetap membatu. Namun ketika kutanya mengapa, tak ada yang dapat menjelaskannya. Mereka kah yang menelan tanpa mencernanya, atau akulah yang terlalu bodoh untuk mengetahui jawabannya? Mungkin saja demikian.

Cerita lainnya tentang seseorang yang sebenarnya tidak pernah peduli. Menelantarkanku mencari tujuan bersama yang seharusnya dapat dilakukan dengan kerjasama. Panggilanku tak terjawab. Mereka seolah hilang ditelan bumi dalam keadaan hidup-hidup. Tak ada uluran tangan yang membantu dalam menyelesaikannya selain aku yang harus berdiri pada kakiku sendiri.

Mirisnya, ketika seorang datang menawarkan imbalan, barulah mereka keluar dari persembunyiannya. Berlagak seolah mereka tak pernah meninggalkanku barang sedikitpun. Bertingkah seolah itulah hasil kerja keras mereka. Lalu dengan tipu dayanya, hal yang mereka dapatkan setara denganku bahkan lebih tinggi. Sang pemberi imbalan lebih terpukau pada keahlian semu yang dilihatnya. Sayang sekali.

Bagaimana aku tidak tertawa? Pandai sekali mereka memainkan drama. Lakon yang sangat asing tetapi nyata sekali. Ini sandiwara seperti apa? Apakah aku sang aktor yang satu-satunya tak mengetahui jalan cerita? Membiarkan penonton melihat tingkah bodohku yang tak sesuai dengan alur yang harus aku perankan?


Ah… aku ingin tertawa. Menertawakan kekonyolan yang tengah kuperbuat. Juga mereka yang kompak sekali memecah konsentrasi sehingga perhatianku teralih.

Komentar