Iya. Gak salah kok. Aku emang
nanyain kabar kalian. Ciee, yang baper. Ciee, yang salah tebak. Ciee, yang
malu. #apasihmeg
Berkaitan ini malam menuju hari minggu, tepatnya ketika aku
menulis tulisan ini, aku mengalami hal yang umumnya dilakukan oleh para
pasangan LDR atau mungkin yang lagi nunggu kabar dari pacarnya atau ya... sejenis
itu lah. Kalau bahasa ringkasnya sih nunggu kabar.
Eits, tapi bukan kabar dari si doi. Boro-boro, dikode-in aja
gak peka. Ya iyalah, gimana mau peka dikode-in, mengirim kode pun tak dilakukan. Oke skip. Ini bukan saatnya membahas
siapa yang aku incar.
Anyway, cerita ini bermula ketika aku lagi menunggu jawaban dari si Bapak. Tapi aku gak tahu
apa yang terjadi dengan pihak operator telepon. Kenapa sms ku bisa gak tepat sasaran? Yang aku kirimin pesan siapa, yang balas pesanku siapa.
Jadi, demi urusan keamanan sebuah acara dari suatu
organisasi rahasia yang bergerak di bawah suatu lembaga (sok misterius), aku ditugaskan untuk nge-sms Wakil Dekan 3 Fakultas untuk dimintai tanda tangannya (widiw). Eh, malah yang masuk notifikasi sms dari Wakil Rektor 3. Hmm… berasa jodoh ama angka 3 kalo begini ceritanya.
Yang jadi pointnya, bukan Wakil Rektor 3 kampus sendiri.
Tapi kampus lain. Lah kok?
Ya, katanya sih suruh nemenin jadi pembicara gitu. Tentang….
Ah lupa. Yang jelas, ada kaitannya sama persiapan menghadapi era MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean). Untuk ukuran mahasiswa yang kegiatannya berpusat di perkuliahan, organisasi, nongkrong, dan ngegalau yang ujung-ujungnya gak begitu menonjol macam aku, undangan seperti ini serasa terhormat banget. Apalagi kalo semua
biaya akomodasi dan hotel udah ditanggung.
Cuma yang jadi pertanyaan nih, Bagaimana si Bapak bisa kenal aku?
Aku kan anak kampus lain. Bukan mahasiswi dari kampusnya. Ini si Bapak gak ada niat mau cari istri baru kan? Eh... Astaghfirullah.
Karena aku tergiur sama jumlah uangnya yang perlu dicairkan
sebesar 5 juta rupiah, jadilah aku ngikutin permintaan si Bapak dalam suatu
sms. Iya. Ngaku deh, aku khilaf saat itu. Secara, kapan lagi dapat 5 juta men? Padahal kagak ngapa-ngapain. Mana keadaan kantong juga sedang kritis.
Begitu ditelepon, yang ngangkat telepon ternyata seorang ibu-ibu. Padahal ada sih secercah harapan yang ngangkat telepon cowok cakep. Lumayan buat temen
ngobrol kan di malam minggu? Nah, si Ibu nyuruh aku untuk segera masukkin kode registrasi.
Ditanyain macem-macem plus disuruh macem-macem, yang intinya aku hanya masang
tampang cengo (bego) yang syukurnya dia gak tahu. Karena aku bener-bener gak ngerti ibunya ngomong apa.
Sampai pada akhirnya, pertanyaannya menjurus pada 'ada gak
rekening bank untuk ditransfer-in uangnya?'
Berhubung aku masih belum punya akun bank, ya aku bilang aja jujur.
Nah, si Ibu minta nomor rekening orang terdekat (dalam hal ini ortu, karena aku masih tinggal bareng mereka). Sayangnya mana aku tau rekeningnya. Punya akun aja belum. Eh, si Ibu malah marah-marah ditelepon. Bilangnya aku main-main. Padahal gimana bisa aku main-main coba? Ini
mah udah serius, bu. Tataplah tampang bego saya yang tak juga mengerti ibu ngomong
apa. Eh, iya lupa. Mana bisa dia lihat?
Setelah si Ibu dengan seenaknya menuduh aku yang gak bener
(disalahkan secara sepihak), dia kembali mengonfirmasi ulang dataku. Masih dengan sisa rasa sabar demi 5 juta gratisan, aku iyakan saja ucapannya. Biar cepat. Karena emang gitu juga kenyatannya.
Si Ibu menyebut nama Wakil Rektor yang mengirim sms untukku dengan penyebutan
nama yang salah (poor… ckckck) dan masih juga kekeuh dengan kesalahannya itu. Ya, aku konfirmasi dong, tanpa menyebur nama Wakil Rektorku yang sebenarnya, karena aku pun lupa sih. Dia heran, lengkap dengan marah-marahnya. Udah gitu, keluar lagi kalimat
andalannya, ‘kamu jangan main-main ya nak.’
Lah, kan aku sudah bilang dari awal kalo aku gak main-main. Lagipula ini juga aku sedang ditelepon. Mana bisa sambil main-main? Terpaksa jurus terakhir aku lakukan, mengungkapkan kampus asal yang sebenarnya. Hebatnya, dia masih bertanya lagi untuk
mempertegas. Ya sudah, sini aku yakinkan keraguannya. Ujung-ujungnya malah si ibu yang balik nanya, 'kok
kamu telepon saya?'
Lah... tadi disuruh telepon dan konfirmasi. Sepertinya si Ibu keblinger sampai jadi amnesia karena pertanyaannya sendiri yang muter-muter.
Gini deh, biar gak ribet bacanya, berikut ini aku tampilkan
script, pembicaraan antara aku (M) dengan ibu (I)
I : Ya nak, karena hari sudah malam dan dana harus segera
dicairkan, silahkan kamu sebut nomor rekeningmu ya nak.
M : Lah, saya kan gak ada rekening, ibu.
I : Atau rekening orang terdekat seperti orang tua mungkin?
M : Saya gak tau nomor rekeningnya ibu. Orang tua saya lagi
pergi keluar.
I : Masalahnya saya menunggu konfirmasimu dari tadi dan
uangnya harus segera dicairkan.
M : Mau bagaimana lagi bu? Saya juga gak ada pilihan. Saya aja baru dapat sms konfirmasinya kok, bu.
I : Sekarang kamu sms orang tua kamu tanya nomor rekeningnya.
M : Hmm iya bu.
I : Segera ya, karena uang mau ditransfer.
M: Hmm iya, bu.
I : Kamu dari tadi cuma hmm dan iya-iya saja. Serius gak sih
kamu? Jangan main- main ya? (Nadanya mulai tinggi)
M : Siapa yang main-main sih, bu?
I : Ini bener kan data kamu? Kamu disuruh menghubungi sama
wakil rektormu.
M : Tapi saya dari kampus lain, ibu. Dia (sebut nama) bukan
wakil rektor saya.
I : Lah, kamu dari universitas mana?
M : dari Univ *******,
I : Iya, tadi wakil rektor kamu pak (sebut nama, salah lagi)
minta kamu hubungi saya kan?
M : Iya, ibu. Tapi dia bukan wakil rektor saya. Saya bukan
mahasiswanya.
I : Emang kamu dari kampus mana?
M : Asdfghgbjkn (Kesel sendiri. Udah berulang kali
disebutin. Tapi akhirnya tetep menyebutkan nama kampus asal).
I : Kok kamu bisa telepon saya?
M : Kan tadi saya disuruh untuk menghubungi nomor ibu
I: Iya, tadi wakil rektor kamu meminta kamu menghubungi saya kan? Jangan main-main kamu. (Dengan nada keras kepalanya)
M : Kan tadi saya disuruh untuk menghubungi nomor ibu
I: Iya, tadi wakil rektor kamu meminta kamu menghubungi saya kan? Jangan main-main kamu. (Dengan nada keras kepalanya)
M : (Astaghfirullah, kesel sendiri. Akhirnya percakapan
diakhiri dengan mengucap salam pastinya).
Wih… panjang ya? Tapi emang begitulah kenyataannya. Siapa
juga yang main-main? Yang ada aku kali dipermainkan dengan iming-iming duit
akomodasi yang perlu dicairkan. Yup, betul. Salah satu modus baru penipuan. Tepatnya aku baru tahu kalo ada modus baru yang seperti itu.
Dulu pernah juga sih kena, penipuan tentang surat berharga
yang hilang dan minta dikembaliin. Syukur duit gak ikutan melayang karena tahu
itu modus penipuan setelah ada hal yang janggal.
Yah… yoweslah. Apes bener yak kayaknya nasibku malam ini.
Udah nunggu sms kelamaan, kena PHP gara-gara duit 5 juta. Padahal kalau dikasih beneran, kagak
nolak deh. Sayangnya kena tipu. Masih untung gak dapat barang palsu. Untung juga gak sampe dirugiin secara materi. Yah... walaupun harus menerima telinga panas karena dengar omelan sih.
Intinya kalian hati-hati ya, guys. Jangan gampang
percaya dulu. Soalnya kalau aku perhatiin nih (meskipun telat), modus penipuan
sekarang itu paling awal sekali adalah menyenangkan bagi korbannya. Sehingga
dia mau bahkan rela tanpa pikir panjang untuk transfer uang gitu aja. Kalau
udah kena batunya nih, beeuuhh, mewek gak ketulungan.
Ok guys, keep aware with what's around you. Sebagai salam perpisahan, ini deh bukti penipuannya...
Jujur aja tangan sempet gemeteran baca sms ini. Semacam feeling gak enak gitu |
Komentar
Posting Komentar