Apa kabar aku? Kenapa
kau bertanya? Hariku masih baik. Matahari masih bersinar terang, menerangi
langit yang menaungi pijakku. Tak ada mendung yang bergelayut pada birunya
langit. Tak ada. Hariku baik-baik saja. Ah, aku sibuk sekali. Aku pergi dulu
ya…
Kenyataannya aku tidak baik-baik saja,
Aku hanya mengenakan topeng di hadapanmu. Topeng yang sukses
membuatmu percaya bahwa aku baik-baik saja. Aku berbohong. Ya… berbohong. Suatu
perbuatan yang aku tahu kamu sangat membencinya. Tetapi memang harus aku
lakukan. Selemah apapun itu, aku enggan untuk bersandar padamu. Kamu bukanlah
siapaku. Kamu juga bukan orang yang berhak tahu bagaimana aku. Cukup tahu saja
bahwa hidupku bahagia. Hidupku baik-baik saja.
Kenyataannya aku tidak baik-baik saja,
Matahari mungkin masih menerangi tanah yang kupijaki.
Sinarnya menyentuh segala ruang dalam dimensi dimana aku berdiri. Tetapi tidak
dengan ruang dalam hati. Ia gelap. Bahkan pekat akibat minim cahaya. Atau
karena noda hitam telah menghalangi tembus sinarnya menuju hatiku? Aku pun tak
tahu. Berseberangan dengan sinar cerah diluar, langkahku diliputi kegelapan.
Kenyataannya aku tidak baik-baik saja,
Soal mendung yang tak nampak di langit, ia telah berpindah
ke suatu ruang bernama hatiku. Mendung yang bergelayut menjadi penghias dalam
labirin jiwa. Pikiranku, hatiku, tak nampak sinar itu. Terhalang awan mendung
yang menggantung disana.
Kenyataannya aku tidak baik-baik saja,
Untuk yang ini, aku tidak berbohong padamu. Aku memang
sangat sibuk. Sibuk menghindarimu yang datang membawa mentari setelah usahamu
mendapatkannya sedangkan aku? Ya, suatu saat nanti mungkin kau akan tahu
bagaimana aku saat ini. Aku memang sibuk. Sibuk membenarkan kekusutan yang
entah kapan menemui pangkal untuk mengakhirinya. Aku memang sibuk. Sibuk
menyusun ulang rencana yang akan kujalani sebab hal lain telah mematahkannya.
Aku memang sibuk. Sibuk menghindar dengan membuat diriku lebih sibuk. Sehingga
aku lupa pada hal yang seharusnya segera aku akhiri.
Ah, pada akhirnya gerakku hanya melingkar pada area yang itu
saja. Tak ada jalan keluar. Hingga pada akhirnya kau datang dan bertanya.
Aku memang baik-baik saja. Setidaknya pada detik ini,
setelah melihatmu kembali.
Komentar
Posting Komentar