Senja, tidak… bukan pada senja.
Inilah selingan dari satu hari dalam rutinitas
Pada akhirnya juga berakhir dalam dekapan senja. Jika goresan
pena merupakan catatan keabadian, mungkin sebuah tinta mesin ketik hanyalah
bentuk pengokohan saja. Sebab bait-bait kata akan luntur dalam guyuran air yang
mengaburkan segala tanda baca dan juga abjadnya. Maka aku simpan dalam sebuah
memori data.
Bukan pada senja….
Inilah selingan tentang refleksi dari segala angan dan
kehidupan
Pada sebuah hari yang perlahan meninggalkan bulan, pada
sebuah detik yang perlahan meninggalkan jam. Lalu kemana mereka akan beranjak?
Letihkah mereka untuk sejenak menetap pada titian dalam hampa? Ah, satu syarat
pun terlupa. Tak ada yang bisa mencegah kepergiannya. Jangan terlalu jumawa.
Bukan pada senja…
Inilah selingan dari kebisingan yang terus menderu
Pada akhirnya satu hal pun menemukan arti dari sebuah tanya.
Jejak yang terukir belum seberapa. Bahkan mungkin akan hilang tersapu debu dan
ombak pantai yang terus menggelung. Jejak nyata yang hanya berupa angan,
nyatanya tetaplah angan yang semakin bergenerasi. Belum ada satupun yang nyata
terukir. Sedang yang lain mungkin mulai memahat. Lalu, kisah apa yang akan
terukir dalam prasasti keabadian?
Bukan pada senja…
Inilah selingan dari pekatnya renungan tentang masa lampau
Pada suatu hari nanti, entah kapan aku akan kembali menapaki
tanah ini, atau memutar kembali kilasan yang telah berlalu layaknya gulungan
film pada kamera, akankah ada makna dari langkah yang entah akan diawali dengan
apa jejak-jejak ini? Sebab langkah ini hanyalah langkah. Mengukirnya pun tanpa
ada niat untuk serakah. Ia hanya mengikuti kata hati juga putaran takdir.
Komentar
Posting Komentar