Assalamualaikum, Pak... masih ingat dengan saya? Saya, yang dulu pernah berdiam di depan masjid ini. Menikmati segarnya soto di bawah terik matahari. Mengatasi orkestra yang mendendangkan lara yang sudah bergema sedari pagi karena lelah berdiri, berjemur. Bersama ribuan manusia baru. Kala itu saya masih menjadi manusia yang belum terbangun. Manusia, yang masih menikmati mimpinya sendiri. Sampai detik ini pun sebenarnya masih belum ada yang berubah. Tetapi jika menapaki dinding dimana mimpi pernah terukir dulu, rasanya saya malu sendiri. Karena saya masih tertidur. Di bawah terik matahari memang melelahkan. Bukan karena saya takut menjadi gelap. Hanya saja saya lelah berdiri. Menunggunya, yang terpaksa menjadi pujaan hati. Kala itu, saya masih belum benar-benar menerima kehadirannya yang akan menemani hari-hari saya. Dalam penantian itu, ada jenuh yang melanda. Ia berjalan lama sekali. Lalu saya memutuskan untuk pergi. Berjalan mencari tempat teduh. RumahNya. Rumah yang sanggup...