Langsung ke konten utama

Surat Untuk....


Kepada hati yang hampir rebah,

Aku tidak tahu apa yang membuatmu gelisah. Hingga begitu menikmati sendunya resah. Membuat raga merasa gerah karena jiwa yang tak kenal lelah. Seandainya saja engkau mau berbagi kisah. Tak perlu berkata ‘Ah’. Aku akan menemanimu hingga tiada susah. Hingga hilang semua keluh kesah.

Hingga senja beranjak temaram. Berganti hiasan malam. Kita masih saling terdiam. Tanpa tahu apa yang tengah dipendam. Tetapi hati serasa remuk redam. Dan kemudian pikiran saling tenggelam. Dalam lautan hitam yang begitu kelam.

Masih tanpa bicara. Tanpa berujar banyak kata. Tanpa terungkap segala makna. Yang melayang entah kemana. Entah kemana segala asa, yang berkobar dalam dada. Seketika tiada, tanpa meninggalkan secuilpun sisa. Membuat arah menjadi tiada. Membuat enggan keluarnya cerita.

Baiklah, bagaimana jika aku yang terlebih dahulu memulai? Karena saat ini aku lelah mengandai. Cerita ini tentang mimpi yang belum tergapai. Tetapi bukan berarti tidak tercapai. Mungkin saat ini aku terlalu berandai. Atau memang masih ingin mengandai? Mungkin pula untuk saat ini ceritaku belum sampai. Hingga pada akhirnya, dengan terpaksa waktupun aku gadai.


Komentar

  1. Balasan
    1. Wah... another agen neptunus nyasar nih. Hati2 trjadi invasi. Wkwkwk

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Posting Komentar